Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kotak Hitam QZ8501 dan Optimisme Penerbangan

Kompas.com - 13/01/2015, 14:00 WIB


Oleh: Ninok Leksono

JAKARTA, KOMPAS - "Dalam persentase yang sangat kecil dari penerbangan, pesawat jatuh dan penumpang meninggal. Satu-satunya rekaman sejati tentang apa yang salah dimuat dalam perekam yang disebut sebagai kotak-kotak hitam, yang diharuskan ada oleh pihak berwenang federal semenjak tahun 1957 sebagai perlengkapan standar dalam semua pesawat komersial di atas berat tertentu." ("The Black Box", Malcolm MacPherson, Editor, 1998)

Ya, kotak hitam, inilah topik yang hangat dibicarakan sebagai rangkaian pemberitaan musibah AirAsia QZ 8501. Senin (12/1/2015) kemarin diberitakan bahwa kotak hitam di dalam pesawat Airbus A320 yang naas di Selat Karimata akhirnya dapat diangkat oleh penyelam tangguh TNI AL yang berbasis di Kapal Negara Jadayat. Adapun informasi mengenai keberadaan kotak hitam diperoleh dari ping yang ditangkap perangkat sonar kapal Baruna Jaya I.

Seperti telah akrab dalam bayangan publik, kotak hitam ini berwarna oranye dengan dua strip putih menyilang untuk membuatnya mudah dikenali. Selain itu, kotak juga ditandai dengan tulisan hitam di satu sisinya. Kata-kata yang terbaca di sana: FLIGHT RECORDER, DO NOT OPEN. Di sisi lainnya, kata-kata tersebut ditulis dalam bahasa Perancis: ENREGISTREUR DE VOL, NE PAS OUVRIR. Keduanya berarti sama, 'Rekaman Penerbangan, Jangan Dibuka'.

Kotak hitam sering disebut jamak (boxes) karena terdiri atas dua komponen: flight data recorder (FDR) yang merekam kinerja pesawat, seperti arah kompas, kecepatan, ketinggian terbang, akselerasi vertikal (lihat An Illustrated Dictionary of Aviation, 2005), dan satunya lagi (ditetapkan oleh UU Federal AS pada 1966) adalah cockpit voice recorder (CVR) yang beratnya 21,5 pon (sekitar 9,5 kilogram) dan merekam suara yang terdengar di kokpit.

Kotak hitam ini dipasang di bagian ekor pesawat dan dihubungkan dengan kabel ke kokpit. Baik FDR maupun CVR dilengkapi suar penunjuk posisi bawah air (underwater locator beacon) yang memancarkan sinyal (ping) ultrasonik setiap detik untuk jangka waktu 60 hari setelah pesawat jatuh.

Satu hal yang mengagumkan dari kotak hitam adalah kekuatannya menahan suhu tinggi dan hantaman kuat. Sekuat apa pun impak, belum pernah ada yang bisa menghancurkan kotak luar biasa ini.

Penyingkap misteri

FDR QZ 8501 telah ditemukan dan diserahkan ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk dianalisis bersama Airbus dan sejumlah pihak. Diharapkan dengan informasi dari FDR ini, bisa diketahui parameter penerbangan yang telah disinggung di atas.

Tentu percakapan saat terakhir yang terjadi di kokpit penerbangan akan lebih gamblang lagi jika dilengkapi dengan CVR. Apa persisnya yang terekam CVR? Buku yang disunting oleh MacPherson yang dikutip di atas menghadirkan 28 percakapan di kokpit beberapa waktu sebelum musibah. Salah satunya pada musibah Korean Air (KAL) nomor penerbangan 007 yang jatuh ditembak rudal pesawat tempur MiG Uni Soviet pada 1 September 1983.

Jet Boeing 747 yang mengangkut 269 penumpang dan awak itu, dalam penerbangan dari New York menuju Seoul via Anchorage, rupanya melenceng dari jalur dan memasuki wilayah udara terlarang Uni Soviet. Di era Perang Dingin, pesawat Boeing itu dengan mudah diduga sebagai pesawat mata-mata. Pesawat jatuh di Laut Jepang, dan kotak hitamnya ditemukan beberapa minggu sesudahnya.

Dari rekaman suara itu diketahui, boleh jadi awak tidak tahu persis apa yang terjadi pada KAL 007 karena mereka hanya mengetahui ada dekompresi yang sangat cepat, tanpa menyadari bahwa badan pesawat telah dihantam rudal.

Optimisme penerbangan

Berbekal FDR dan CVR (jika nanti bisa ditemukan), KNKT bersama mitra yang akan membantunya diharapkan bisa mengungkap sebab terjadinya musibah. Sebelum analisis berbasis data dan fakta dari kotak hitam disimpulkan, laporan atau analisis bisa dikatakan merupakan spekulasi.

Dalam sebagian besar kecelakaan penerbangan, mustahil bagi siapa pun untuk mengetahui semua faktor penyebab kecelakaan dalam satu minggu atau sebulan (The Flying Book, David Blatner, 2003).

Musibah pesawat Airbus 330-200 Air France dengan nomor penerbangan AF 447 dalam penerbangan Rio de Janeiro ke Paris pada 1 Juni 2009 baru terungkap sebab musababnya hampir dua tahun kemudian.

Para ahli penerbangan Perancis yang mempertaruhkan reputasi kedirgantaraannya berhasil memecahkan teka-teki yang ada, yaitu saat memasuki wilayah badai, alat pengukur kecepatan macet sehingga pilot tak mengetahui persis berapa kecepatan pesawat. Airbus 330 yang mengangkut 228 penumpang dan awak itu lalu kehilangan ketinggian (stall), dan dalam tempo empat menit menghunjam ke Samudra Atlantik (laman The Telegraph, 28/4/2012).

Dalam hal QZ 8501 juga dibutuhkan penyelidikan mendalam untuk menemukan sebab jet ini menemui akhir tragis. Namun, betapa luar biasa pembelajaran dari musibah ini bagi kemajuan penerbangan di Tanah Air. Penyelam yang berhasil mengevakuasi ekor dan FDR dari kedalaman 30-32 meter dan mengevakuasi korban di lautan sungguh bukti kemampuan dan dedikasi luar biasa.

Pembacaan kotak hitam QZ 8501 mungkin akan mengungkapkan fakta mengejutkan. Apa pun, itulah fakta yang tidak akan menyurutkan kemajuan industri penerbangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com