Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susi adalah Kenyataan Indonesia Hari Ini!

Kompas.com - 29/10/2014, 15:50 WIB

Catatan Kaki Jodhi Yudono

Terus terang, tiap kali membaca nama dan berita tentang Menteri Susi, yang langsung teringat oleh saya adalah sebuah puisi berjudul "Susi: Merah Padam" karya penyair Minang, Gus tf Sakai. Begini bunyi penggalan puisinya:

Susi menangis, merintih, tetapi tak sedih.
Susi meraung, memukul-mukul dada, namun tertawa.
Apakah kata untuk rasa semacam riang, namun pilu?
Semacam rindu, tetapi sendu? Susi bergetar, lampus prana.

Begitulah, betapa ekspresifnya Susi, betapa tak ada lagi batas rasa yang membentengi Susi. Dia lepas, merdeka, melewati sekat-sekat kesedihan dan kegembiraan, kepiluan dan juga keriangan. Itulah sebabnya dia bisa leluasa mencapai semua yang diinginkannya, melebihi batas-batas pencapaian orang kebanyakan.

Susi oh Susi. Tiada nama yang paling populer belakangan ini kecuali nama engkau, wahai Susi. Nama dan fotomu memenuhi halaman-halaman media sosial dan media mainstream. Namamu diseru oleh mereka yang mendukung dan membencimu, oleh mereka yang menyukai dan mencemburuimu.

Sejak dulu, Susi memang begitu. Terbuka, apa adanya, dan tidak pernah pura-pura. Sudah lama dia terkenal sebagai sosok yang eksentrik. Tidak segan-segan dia merokok di depan umum meski dia tahu kebiasaan itu tidak baik untuk kesehatan.

Menurut Rustika Herlambang, wartawan yang pernah mewawancarai Susi untuk majalah Dewi pada 2010, Susi tak segan merokok sambil meminum white wine dan tonik. "Dia minum sekadar saja, tidak sampai mabuk."

Susi oh Susi, tak ada riwayat seorang menteri yang selengkap engkau. Riwayatmu penuh warna dan menarik untuk dibaca. Itulah sebabnya tak putus-putus orang membicarakanmu. Susi memiliki tato di tungkai kaki kanannya. Susi memilih meninggalkan bangku sekolah karena muak dengan pola pendidikan yang diterimanya di tempat itu. Susi lalu sukses menjadi pengusaha dengan mengekspor hasil laut ke sejumlah negara. 

Susi memang tak lulus sekolah menengah atas. Namun, Susi mampu membalikkan dunia dengan tekadnya. Perempuan kelahiran Pangandaran, Jawa Barat, 15 Januari 1965, ini merupakan pengusaha dan pemilik PT ASI Pudjiastuti Marine Product yang merupakan perusahaan pengekspor hasil perikanan. Dia juga pemilik PT ASI Pudjiastuti Aviation yang merupakan maskapai penerbangan Susi Air.

Susi mengawali bisnis maskapai penerbangan pada 2004 setelah sebelumnya menjadi eksportir perikanan dengan memiliki dua unit pesawat. Pada 2013 lalu, Susi Air telah berkembang dengan memiliki 49 unit pesawat yang menghubungkan ratusan rute penerbangan di kota-kota terpencil di Tanah Air.

Susi Air memiliki berbagai unit tipe pesawat, seperti Cesna Grand Caravan, Pilatus PC-06 Porter, dan Piaggio P180 Avanti. Tercatat, Susi Air mempekerjakan 175 pilot asing dari 179 pilot.

Pada 2012 lalu, Susi Air meraup pendapatan mencapai Rp 300 miliar dan telah melayani lebih dari 200 penerbangan perintis di Indonesia.

Pada 1983, Susi mengawali bisnis sebagai pengepul ikan di Pantai Pangandaran. Perkembangan bisnisnya terbilang pesat sehingga dia mendirikan pabrik pengolahan ikan pada 1996 dengan nama PT ASI Pudjiastuti Marine Product.

Pesawat yang dibeli seharga Rp 20 miliar tadinya hanya untuk mengangkut produk lobster dan ikan segar, kemudian berubah setelah terjadi tsunami Aceh pada 2004.

Cessna Susi tercatat menjadi pesawat pertama yang mencapai lokasi bencana untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di wilayah terisolasi. Akhirnya, istri dari mekanik pesawat asal Jerman, Christian Von Stombeck, itu mengubah arah bisnis dengan mendirikan maskapai penerbangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com