Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi dengan PDI-P, Gerindra, atau Golkar, Bukan Hal Mudah bagi Demokrat

Kompas.com - 15/05/2014, 17:32 WIB
Ihsanuddin,
Arimbi Ramadhiani

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC), Dimas Oky Nugroho, menilai, Partai Demokrat berada dalam posisi sulit untuk melakukan penjajakan koalisi dalam menghadapi Pemilu Presiden 2014. Ia menilai, saat ini partai tersebut punya tiga opsi yang sama-sama berat untuk dilakukan.

Opsi pertama adalah bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan mendukung Joko Widodo sebagai calon presiden. Menurut Dimas, upaya tersebut sudah dicoba dilakukan sejak lama oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Namun, langkah tersebut masih terganjal dengan konflik masa lalunya dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

"Sayangnya, tidak ada pertemuan yang konkret. Mega jelas menutup pintu, padahal SBY ke Jokowi tidak ada masalah," kata Dimas dalam diskusi Menimbang Konvensi dan Arah Koalisi Partai Demokrat di Jakarta, Kamis (15/5/2014) siang.

Pilihan lain adalah bergabung dengan poros Partai Gerindra dan mendukung pencapresan Prabowo Subianto. Namun, menurut Dimas, latar belakang Prabowo yang sering disebut terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia pada 1998 menjadi ganjalannya. "Problematik bagi SBY, sosok presiden terpilih yang dikenal menghargai HAM. Dia juga ikut mengadili dengan memberhentikan Letjen Prabowo saat itu," ujarnya.

Opsi ketiga adalah bergabung dengan Golkar dan membentuk poros ketiga. Namun, Golkar tidak mempunyai tokoh yang kuat untuk disusung sebagai capres. Sri Sultan Hamengku Buwono X yang disebut-sebut akan diusung sebagai capres oleh Demokrat, menurut Dimas, juga belum memiliki kemampuan untuk bersaing dengan Jokowi atau Prabowo.

"Sejauh mana dan sepopuler apa Sultan? Meskipun punya pengaruh yang signifikan secara lokal, tapi apakah pilpres bisa sesakti itu? Ini harus dikonfirmasi juga," ujarnya.

Hal yang sama disampaikan oleh pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sudjito. Menurut Arie, Partai Demokrat sedang kesulitan karena pilihan partai untuk koalisi semakin sedikit. Satu-satunya pilihan yang memungkinkan adalah membuat poros baru.

Menurut Arie, pilihan sangat terbatas karena beberapa parpol sudah terlihat saling merapat pada dua poros, yakni Partai Gerindra dan PDI Perjuangan. Figur peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat dinilai tidak mampu mengangkat elektabilitas partai pada pilpres mendatang. Hal ini kemudian memunculkan alternatif bakal capres baru, yakni Sri Sultan Hamengku Buwono X. Menurut Arie, terobosan ini menjadi daya tarik baru meskipun tidak mudah terwujud.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Nasional
Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Nasional
Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Nasional
Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Nasional
745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

Nasional
Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Nasional
Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Nasional
Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Nasional
Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Nasional
Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Nasional
Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Nasional
Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko 'Deadlock'

Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko "Deadlock"

Nasional
Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

Nasional
PKB Belum Tentu Dukung Anies Usai PKS Umumkan Duet dengan Sohibul Iman

PKB Belum Tentu Dukung Anies Usai PKS Umumkan Duet dengan Sohibul Iman

Nasional
Mantan Kabareskrim: Saya Tidak Yakin Judi Online Akan Terberantas

Mantan Kabareskrim: Saya Tidak Yakin Judi Online Akan Terberantas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com