Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasdem Perkarakan Kecurangan Penyelenggara Pemilu Daerah

Kompas.com - 13/05/2014, 07:49 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kuasa hukum Partai Nasdem Muhammad Rullyandi mengatakan, selain memperkarakan penghitungan suara dan dugaan politik uang, Nasdem juga melaporkan tindakan penyelenggara pemilu yakni Komisi Pemilihan Umum Daerah dan Badan Pengawas Pemilu, ke Mahkamah Konstitusi.

"Banyak kecurangan, money politics dari partai peserta pemilu maupun caleg. Yang mengejutkan lagi dari penyelenggara pemilu khususnya KPU dan Bawaslu," ujar Rullyandi di Gedung MK, Jakarta, Senin (12/5/2014).

Nasdem mengajukan gugatan perkara pemilu dari 31 daerah pemilihan di 13 provinsi yang berpotensi terjadinya kecurangan pemilu ke MK. Ia mengatakan, Nasdem membawa serta bukti-bukti yang dapat menguatkan gugatan tersebut.

"Yang kita laporkan money politic, penggelembungan suara, dan KPU terlibat secara terstruktur di beberapa daerah. Wilayahnya nanti kita lihat di persidangan, ya," kata Rullyandi.

Salah satu caleg DPRD Kabupaten Berau Kalimantan Timur, Syahrudin mengatakan, banyak penyelenggara pemilu tingkat kelurahan di Berau yang melakukan rekapitulasi suara tanpa dihadiri satu pun saksi dari parpol. "Sama sekali tidak ada partai yang menyaksikan. Mereka melakukan rekapitulasi di TPS dengan sembunyi-sembunyi," ujar Syahrudin.

Ia juga menangkap basah ada petugas pengawas kecamatan pemilu di tempat pemungutan suara yang mengganti segel kotak suara. Hal itu ditemukan Syahrudin di 9 TPS di Kelurahan Tanjung Batu, Kecamatan Pulau Derawan, Berau. Setelah tertangkap basah, kata Syahrudin, petugas itu menyegel kembali kotak suara tersebut dengan segel baru. Sebelum segel dipasang kembali, saksi partai telah mendokumentasikan segel rusak tersebut. "Makanya atas pelanggaran tersebut kami minta MK kabulkan gugatan kami agar lakukan pencoblosan ulang di 9 TPS khususnya Kampung Tanjung Batu," ujarnya.

Keganjilan lainnya, kata Syahrudin, usai rapat pleno di kabupaten terdapat dua versi rekapitulasi. Saksi yang menandatangani formulir C1 dengan formulir D1 tidak sama jumlahnya. Jumlah surat suara sah dan hasil suara sah pun berbeda. Perubahan itu tidak disertai berita acara.

Dengan segala bentuk kecurangan tersebut, dirinya menuntut adanya pemilu ulang di 9 TPS yang berpotensi kecurangan. Hal tersebut menyebabkan Syahridin mengaku kehilangan banyak suara. "Suara saya hilang 148, itu pun kita belum pasti karena C1 kita belum diberikan. Kita pegangannya apa untuk buktikan data kita valid?" ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com