Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Tahu Bank Century Dirampok, Mengapa Boediono Mau Ambil Risiko?

Kompas.com - 09/05/2014, 08:57 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kesaksian Wakil Presiden Boediono yang juga mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) dianggap akan membuka tabir kasus dugaan korupsi Bank Century. Boediono dianggap sebagai orang yang paling mengetahui motif di balik pengucuran dana talangan sebesar Rp 6,7 triliun.

Anggota Tim Pengawas DPR untuk kasus Bank Century Hendrawan Supratikno menilai, pertemuan Boediono dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat itu sebenarnya menggambarkan betapa Boediono sangat mengetahui kebobrokan Bank Century.

Dalam pertemuan itu, Boediono menjelaskan kepada Jusuf Kalla bahwa bail out dilakukan karena uang Century dibawa kabur pemiliknya, Robert Tantular. Alasan Boediono ini berbeda dengan alasan yang diungkapkannya setelah diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 2013 lalu. Boediono menyatakan bahwa bail out dikeluarkan karena krisis ekonomi saat itu.

"Ini menunjukkan Pak Boed well informed dengan Bank Century. Dia sangat pahami bank itu dikelola pemiliknya, pemiliknya bandit. Tapi sudah begitu kenapa Pak Boed tergoda untuk selamatkan Century?" ujar Hendrawan, saat dihubungi Jumat (9/5/2014).

Hendrawan juga mengingatkan, pada 8 Oktober 2008, satu bulan sebelum bail out Century dikucurkan, Presiden SBY menyatakan bahwa jangan sampai ada kepanikan ekonomi karena kondisi perekonomian Indonesia saat itu berbeda dengan tahun 1998.

"SBY bilang jangan over react. Di situ terlihat, pemerintah sangat percaya diri menghadapi krisis ekonomi. Lalu untuk apa ada bail out? Langsung tutup saja itu Bank Century," kata politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.

Hendrawan berharap jaksa penuntut umum (JPU) jeli dalam memilih pertanyaan dan menggali soal motif pengucuran bail out ini. JPU, diharapkan Hendrawan, juga bisa membandingkannya dengan bukti-bukti yang bisa merangkai cerita di balik dana talangan Bank Century itu.

"Saya berharap Pak Boed, dengan segala integritas dan kredibilitasnya yang dibangun selama ini, bisa jujur dan terbuka," kata Hendrawan.

Seperti diberitakan, persidangan kasus dugaan korupsi Bank Century dengan terdakwa Budi Mulya kembali digelar dengan mendengarkan keterangan saksi di Pengadilan Tipikor Jakarta pagi ini. Saksi yang dihadirkan yakni Boediono.

Boediono, selaku Gubernur BI saat itu, dinilai banyak mengetahui mengenai kebijakan pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) dan penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik. Dalam dakwaan Budi Mulya, di antaranya, Boediono pernah menandatangani perubahan peraturan Bank Indonesia (PBI) agar Bank Century memenuhi persyaratan mendapat FPJP.

Selain itu, Boediono bersama dengan Ketua Komisi Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani dan Sekretaris KSSK Raden Pardede dianggap mengetahui soal pengucuran dana talangan. Saat itu, Bank Century ditetapkan sebagai bank gagal berdampak sistemik dan diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Pada 24 November 2008 Bank Century mendapat penyertaan modal sementara (PMS) atau dikenal dana talangan (bail out). Akhirnya, hingga 24 Juli 2009, PMS yang dikucurkan seluruhnya mencapai Rp 6,72 triliun. Jumlah PMS yang diberikan pun meningkat tajam dari yang semula hanya Rp 632 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Nasional
Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko 'Deadlock'

Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko "Deadlock"

Nasional
Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

Nasional
PKB Belum Tentu Dukung Anies Usai PKS Umumkan Duet dengan Sohibul Iman

PKB Belum Tentu Dukung Anies Usai PKS Umumkan Duet dengan Sohibul Iman

Nasional
Mantan Kabareskrim: Saya Tidak Yakin Judi Online Akan Terberantas

Mantan Kabareskrim: Saya Tidak Yakin Judi Online Akan Terberantas

Nasional
PPATK Ungkap Perputaran Uang Judi 'Online' Anggota Legislatif Capai Ratusan Miliar

PPATK Ungkap Perputaran Uang Judi "Online" Anggota Legislatif Capai Ratusan Miliar

Nasional
KIM Siapkan Pesaing Anies pada Pilkada Jakarta, Ridwan Kamil dan Kaesang Masuk Nominasi

KIM Siapkan Pesaing Anies pada Pilkada Jakarta, Ridwan Kamil dan Kaesang Masuk Nominasi

Nasional
KPK Ungkap Awal Mula Dugaan Korupsi Bansos Presiden Terbongkar

KPK Ungkap Awal Mula Dugaan Korupsi Bansos Presiden Terbongkar

Nasional
Akui Di-bully karena Izin Tambang, PBNU: Enggak Apa-apa, 'Jer Basuki Mawa Bea'

Akui Di-bully karena Izin Tambang, PBNU: Enggak Apa-apa, "Jer Basuki Mawa Bea"

Nasional
KPU Minta Pemda Fasilitasi Pemilih yang Baru Berusia 17 Tahun pada Pilkada 2024

KPU Minta Pemda Fasilitasi Pemilih yang Baru Berusia 17 Tahun pada Pilkada 2024

Nasional
PKS Usung Anies-Sohibul untuk Pilkada Jakarta, Wasekjen PKB: Blunder...

PKS Usung Anies-Sohibul untuk Pilkada Jakarta, Wasekjen PKB: Blunder...

Nasional
DPR Desak PPATK Bongkar Pihak Eksekutif-Yudikatif yang Main Judi 'Online'

DPR Desak PPATK Bongkar Pihak Eksekutif-Yudikatif yang Main Judi "Online"

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Dorong Hilirisasi Rempah Nasional

Wapres Ma'ruf Amin Dorong Hilirisasi Rempah Nasional

Nasional
Ketum KIM Segera Gelar Pertemuan Bahas Pilkada 2024

Ketum KIM Segera Gelar Pertemuan Bahas Pilkada 2024

Nasional
Pusat Data Nasional Diretas, Pemerintah Dinilai Kurang Peduli Keamanan Siber

Pusat Data Nasional Diretas, Pemerintah Dinilai Kurang Peduli Keamanan Siber

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com