Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei UI: Indeks Demokrasi di Indonesia Masih Rendah, Termasuk Jakarta

Kompas.com - 08/05/2014, 14:40 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks demokrasi Indonesia masih berada pada taraf relatif rendah. Berdasarkan hasil survei Lembaga Penelitian Psikologi (LPPsi) Universitas Indonesia, indeks demokrasi di Indonesia hanya mendapat skor 61 dari skala 100.

"Skor 61 ini masuk dalam kategori agak demokratis," kata Kepala LPPsi Universitas Indonesia, Bagus Takwin, saat memaparkan hasil surveinya di Jakarta, Kamis (8/5/2014).

Bagus memaparkan, skor tersebut relatif rendah karena masih banyak komponen sistem demokrasi atau lembaga demokrasi yang dinilai buruk atau sangat buruk. Penilaian buruk itu disematkan pada mayoritas sistem atau lembaga demokrasi di Indonesia.

Berdasarkan hasil survei di 30 provinsi di Indonesia, warga yang menjadi responden menganggap sistem demokrasi di Indonesia belum berfungsi dan belum memberikan efek berarti. Dengan demikian, kualitas demokrasi di Indonesia belum dapat mengantarkan warga pada tujuan yang dipilihnya.

"Demokrasi yang berlangsung di Indonesia masih sebatas usaha untuk melengkapi komponen sistem demokrasi. Dilihat dari aspek prosedural pun, demokrasi di Indonesia masih belum berjalan optimal," ujarnya.

Dari survei yang dilakukan di akhir 2013 itu terungkap bahwa 20 persen provinsi masuk dalam kategori demokratis, yakni Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Maluku, Sulawesi Utara, dan Lampung. Sementara itu, 60 persen provinsi lain masuk dalam kategori cukup demokratis, yaitu Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, NTB, Jawa Barat, Papua, Sumatera Selatan, Babel, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh, Jambi, DI Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Bengkulu, Banten, dan Kepulauan Riau.

"Sisanya 20 persen provinsi masuk dalam kategori kurang demokratis, yaitu Jawa Timur, NTT, Bali, Riau, Papua, dan DKI Jakarta," kata Bagus.

Survei tersebut melibatkan 2.367 responden dari 30 provinsi di Indonesia. Survei dilakukan melalui kuisioner dengan menggunakan teknik multistage random sampling dan tingkat kepercayaan 95 persen dan sampling error 1,98 persen.

Secara umum, warga yang menjadi responden menilai keberadaan dan kualitas komponen sistem demokratis yang paling tinggi adalah pelaksanaan pilkada secara teratur, kerukunan umat beragama, dan kebebasan beragama. Nilai rendah diberikan responden pada persaingan sehat di pemerintahan, akses menyampaikan pendapat, dan keterlibatan warga dalam mengawasi pemerintah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com