Pengamat politik dari Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), Boni Hargens, menilai, munculnya wacana Muhaimin sebagai cawapres ialah karena sejak awal ia memang menunjukkan keinginan untuk itu. Tiga nama kandidat bakal capres yang didengungkan, menurut Boni, hanya dimanfaatkan untuk pemulihan citra PKB.
"Dari awal kita sudah tahu itu, pengusungan tiga tokoh itu hanya untuk memulihkan citra," kata Boni, di Jakarta, Selasa (15/4/2014).
Menurut Boni, Rhoma digunakan untuk menggalang suara masyarakat menengah ke bawah dan kalangan tradisional. Sementara, Mahfud untuk menggalang dukungan dari umat Islam, terutama suara kaum NU yang mulai hilang pasca konflik Muhaimin dengan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Adapun, Jusuf Kalla, menurutnya digunakan untuk menyaring suara masyarakat menengah ke atas dan kaum terpelajar.
Boni menilai, strategi itu berhasil karena suara PKB mengalami kenaikan signifikan. Pasca-pemilihan legislatif, mereka yang mendukung Muhaimin sebagai bakal cawapres berpendapat, tiga nama sebelumnya digadang sebagai capres sehingga jika PKB mengusung cawapres, dibutuhkan nama baru.
"Menurut saya tidak signifikan dan pragmatis jika mengusung Imin sebagai cawapres. Dia tidak boleh ambisius" kata Boni.
Menurut Boni, jika PKB akhirnya menawarkan Muhaimin sebagai cawapres ke partai lain, peminatnya tidak akan terlalu banyak. Sementara, elektabilitas dan popularitas Muhaimin dinilai masih rendah.
"PDI-P juga tidak akan mau koalisi kalau cawapresnya Muhaimin," ujar Boni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.