JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Effendi Simbolon mengatakan, partainya tetap bersyukur meski mendapatkan perolehan suara sebanyak 18-20 persen berdasarkan hasil hitung cepat (quick count). Kendati demikian, ia menyebut adanya pihak-pihak yang sengaja menahan "Jokowi effect" sehingga perolehan suara partainya tidak mencapai target 27 persen.
"Kita tidak melihat efek Jokowi karena ada rekayasa blocking dari teman-teman media, tapi ini maksudnya pemilik-pemilik media saja," katanya saat diskusi di Jakarta, Kamis (10/4/2014).
Effendi mengaku pernah menuntut ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terkait penggunaan frekuensi publik yang digunakan para pemilik media. Menurut dia, hak penggunaan frekuensi publik maksimal 5 tahun.
"Partai boleh-boleh saja enggak suka, tapi jangan dibawa-bawa frekuensi untuk ngeblokir dia," kata calon anggota DPR RI dari daerah pemilihan DKI Jakarta III itu.
Terkait melesetnya target PDI-P, Effendi mengatakan bahwa partainya tetap bersyukur. Ia mengatakan, saat menargetkan angka 27,02 persen dalam rapat kerja nasional III PDI-P, partainya saat itu belum berpikir tentang "Jokowi effect".
"Kalaulah benar sosok Pak Jokowi dikehendaki Tuhan, mau (suara partai) 18 persen, 19 persen, jadilah dia (presiden). Enggak ada yang halangi dia," ujarnya.
Secara terpisah, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ikrar Nusa Bakti, berpendapat bahwa PDI-P tidak berhasil memenuhi target karena tidak mampu memaksimalkan pengaruh Jokowi. Salah satu penyebabnya, kata Ikrar, keterlambatan PDI-P menetapkan Joko Widodo sebagai bakal calon presiden.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.