JAKARTA, KOMPAS.com -- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) tidak ingin mencari "kambing hitam" karena perolehan suaranya dalam pemilu legislatif berdasarkan quick count masih jauh di bawah target. Langkah yang dipilih PDI-P saat ini adalah menunggu hasil penghitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU). PDI-P juga optimistis hasilnya mampu menembus 20 persen suara nasional.
"Bukan saat yang tepat mencari kambing hitam. Sebagai partai, kami mensyukuri," kata Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Achmad Basarah saat dijumpai di kantor DPP PDI-P, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (10/4/2014).
Basarah mengatakan, hasil hitung cepat PDI-P yang masih jauh di bawah target juga tak menyurutkan soliditas internal partai untuk terus mengupayakan kemenangan Joko Widodo dalam pemilu presiden. Hal itu sekaligus menepis adanya friksi di internal PDI-P karena suara yang diperoleh dalam pileg tidak sesuai harapan.
Basarah juga menegaskan bahwa kesuksesan partainya dalam pemilu tidak dibebankan pada figur seorang tokoh. Kinerja bersama dan soliditas seluruh mesin partai dianggapnya menjadi faktor terpenting yang akan mengantar PDI-P merebut kekuasaan pada periode 2014-2019.
"Yang bilang ada friksi di internal kami itu orang yang tidak paham dinamika berpartai. Setiap momentum selalu dijadikan isu untuk memacu capaian ke depan. Kami tak mau terjebak dalam isu perpecahan," katanya.
Berdasarkan hasil sementara hitung cepat berbagai lembaga survei, PDI-P berada di urutan teratas dengan kisaran perolehan suara sekitar 19 persen. Jumlah itu masih jauh dari angka yang ditargetkan PDI-P dalam pileg tahun ini, yaitu 27,02 persen suara nasional.
Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bakti, menilai PDI-P gagal memenuhi target dalam pileg karena telat menetapkan Joko Widodo sebagai bakal capres. Akibatnya, efek Jokowi tidak terlalu signifikan terhadap perolehan suara PDI-P. Sebelum deklarasi Jokowi, menurut Ikrar, sosok yang selalu ditonjolkan oleh internal PDI-P adalah sang Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan putrinya, Puan Maharani. Akibatnya, kata dia, banyak anggota masyarakat masih belum menyadari bahwa Jokowi merupakan bakal capres dari PDI-P.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.