Pada Senin (27/1/2014) kemarin, Anas berkomentar tentang Demokrat. Ia menyarankan agar Susilo Bambang Yudhoyono, yang saat ini menjabat Ketua Umum DPP Demokrat, diganti. Alasannya, meski jabatan ketua umum sudah diambil alih oleh SBY, elektabilitas Demokrat tak kunjung membaik.
Menurut Max, komentar Anas mengenai Demokrat merupakan luapan emosi atas kasus hukum yang kini menjeratnya.
Oleh karena itu, lanjut Max, Demokrat tak akan merespons pernyataan Anas. Ia mengatakan, Anas memiliki posisi yang strategis dalam menggulirkan isu atau berkomentar demi menarik perhatian publik.
"Posisi Anas strategis, kecewa, dan melahirkan masalah. Soal (elektabilitas) Demokrat menurun karena Pak SBY? Saya kira tidak juga. Kami berusaha untuk terus meningkatkan," kata Max.
Kicauan Anas
Seperti diberitakan sebelumnya, Anas Urbaningrum menyarankan agar Ketua Umum Demokrat kembali diganti. Alasannya, meski jabatan ketua umum sudah diambil alih oleh Susilo Bambang Yudhoyono, elektabilitas Demokrat tak kunjung membaik. Sebaliknya, menurut Anas, tingkat dukungan publik itu malah lebih buruk dibandingkan pada masa kepemimpinannya. Saran itu disampaikan Anas melalui akun Twitter-nya, @anasurbaningrum.
Tweet di akun itu diposting oleh pengurus Ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) sebagai administrator berdasarkan "titipan" Anas setelah ditahan KPK. Pemikiran itu diserahkan Anas ketika dikunjungi di Rutan KPK, Jakarta.
Dalam tweet-nya, Anas menyingggung ketika dirinya didesak mundur sebagai ketum dahulu lantaran elektabilitas Demokrat turun pasca-terseret kasus dugaan korupsi. Ketika itu, kata Anas, dirinya didesak mundur setelah elektabilitas Demokrat mendekati 10 persen berdasarkan hasil survei. Anas lalu menyinggung hasil survei terakhir Kompas dengan hasil elektabilitas Demokrat ada di angka 7,2 persen. Survei lembaga survei lain bahkan Demokrat ada di angka 6 persen.
"Turun terus. Padahal janji politik Pak SBY adalah 15 persen di akhir tahun 2013. Untuk masa depan PD perlu dipikirkan lagi ganti Ketum. Agar PD tidak terbebani citra pemerintah yang merosot," kata pendiri Ormas PPI itu.
Jika tidak ada terobosan politik penyelamatan Demokrat dengan mengganti ketum, Anas memperkirakan Pemilu 2014 akan menjadi "gelap" bagi Demokrat. Menganggap masih cukup waktu sebelum pemilu legislatif, Anas menyarankan digelarnya Kongres Luar Biasa (KLB) untuk pergantian ketum.
Anas juga menyebut nama-nama yang layak menjadi ketum seperti Marzuki Alie yang berani berbeda pendapat dengan SBY, dan Ahmad Mubarok yang dianggapnya dapat diterima banyak kalangan. Nama lain, yaitu Nurhayati Ali Assegaf yang dekat dengan SBY dan Ani Yudhoyono, serta Dahlan Iskan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.