Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yusril: Pemilu 2014, Kesempatan Terakhir Saya "Nyapres"

Kompas.com - 04/12/2013, 16:12 WIB
Rahmat Fiansyah

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Partai Bulan Bintang (PBB) secara resmi sudah menetapkan Ketua Majelis Syuro partainya, Yusril Ihza Mahendra, sebagai bakal calon presiden dalam menghadapi Pemilu 2014. Yusril mengatakan, penentuan dirinya sebagai calon presiden oleh partainya dalam Pemilu 2014 merupakan kesempatan terakhir bagi dirinya.

"Ini kesempatan terakhir bagi saya untuk maju dalam Pemilu 2014," katanya menanggapi keputusan Majelis Syuro terkait pencapresan di kantor hukum Ihza & Ihza, Jakarta, Rabu (4/12/2013).

Yusril mengatakan bahwa keputusan dirinya sebagai bakal calon presiden dari PBB merupakan bentuk pertanggungjawaban dirinya terhadap bangsa Indonesia. Terkait keputusan tersebut, ia juga mengatakan bahwa dirinya sudah siap menang sekaligus siap kalah.

"Saya tahu apa yang harus dilakukan kalau saya menang. Kalau kalah, saya tahu bagaimana harus bersikap," ucap Yusril.

Ia mengatakan, sejak tahun 1999 ketika dirinya ikut membentuk poros tengah dengan parpol-parpol Islam, dirinya sudah memberikan kesempatan banyak kepada berbagai tokoh untuk maju sebagai pemimpin.

Ia menyebutkan, pada saat itu dirinya tinggal selangkah menjadi presiden sebelum akhirnya capres dari poros tengah adalah Abdurrahman Wahid atau Gusdur. Dengan demikian, ia pun menampik anggapan bahwa dirinya terlalu ambisius dalam mengejar kursi presiden.

"Jadi, saya anggap pertaruhan (menjadi bakal calon presiden) ini jauh dari ambisius," kata pakar hukum tata negara tersebut.

Yusril pun berbicara tentang masalah sistem ketatanegaraan Indonesia yang dinilainya amburadul. Ia mengaku, salah satu tujuannya menjadi orang nomor satu di negeri ini adalah keinginannya mengubah sistem ketatanegaraan agar menjadi lebih baik dan rasional.

Untuk mengubah itu, kata Yusril, dibutuhkan sosok pemimpin yang memahami persoalan kenegaraan dengan baik. Menurut Yusril, sosok yang bisa mendobrak sistem itulah yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin Indonesia.

Memimpin Indonesia, kata Yusril, juga harus mempunyai wawasan yang luas, baik dalam maupun luar negeri, karena berhubungan dengan banyak negara. Lantas, tanpa menyebut nama secara spesifik, ia pun menyindir gaya kepemimpinan seseorang yang kerap "blusukan".

"Bagaimana pemimpin yang blusukan sana blusukan sini. Senyum sana senyum sini. Apa dengan begitu dia bisa menyelesaikan masalah? Saya harap saya bisa menjadi (calon pemimpin) alternatif," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com