"Ini kesempatan terakhir bagi saya untuk maju dalam Pemilu 2014," katanya menanggapi keputusan Majelis Syuro terkait pencapresan di kantor hukum Ihza & Ihza, Jakarta, Rabu (4/12/2013).
Yusril mengatakan bahwa keputusan dirinya sebagai bakal calon presiden dari PBB merupakan bentuk pertanggungjawaban dirinya terhadap bangsa Indonesia. Terkait keputusan tersebut, ia juga mengatakan bahwa dirinya sudah siap menang sekaligus siap kalah.
"Saya tahu apa yang harus dilakukan kalau saya menang. Kalau kalah, saya tahu bagaimana harus bersikap," ucap Yusril.
Ia mengatakan, sejak tahun 1999 ketika dirinya ikut membentuk poros tengah dengan parpol-parpol Islam, dirinya sudah memberikan kesempatan banyak kepada berbagai tokoh untuk maju sebagai pemimpin.
Ia menyebutkan, pada saat itu dirinya tinggal selangkah menjadi presiden sebelum akhirnya capres dari poros tengah adalah Abdurrahman Wahid atau Gusdur. Dengan demikian, ia pun menampik anggapan bahwa dirinya terlalu ambisius dalam mengejar kursi presiden.
"Jadi, saya anggap pertaruhan (menjadi bakal calon presiden) ini jauh dari ambisius," kata pakar hukum tata negara tersebut.
Yusril pun berbicara tentang masalah sistem ketatanegaraan Indonesia yang dinilainya amburadul. Ia mengaku, salah satu tujuannya menjadi orang nomor satu di negeri ini adalah keinginannya mengubah sistem ketatanegaraan agar menjadi lebih baik dan rasional.
Untuk mengubah itu, kata Yusril, dibutuhkan sosok pemimpin yang memahami persoalan kenegaraan dengan baik. Menurut Yusril, sosok yang bisa mendobrak sistem itulah yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin Indonesia.
Memimpin Indonesia, kata Yusril, juga harus mempunyai wawasan yang luas, baik dalam maupun luar negeri, karena berhubungan dengan banyak negara. Lantas, tanpa menyebut nama secara spesifik, ia pun menyindir gaya kepemimpinan seseorang yang kerap "blusukan".
"Bagaimana pemimpin yang blusukan sana blusukan sini. Senyum sana senyum sini. Apa dengan begitu dia bisa menyelesaikan masalah? Saya harap saya bisa menjadi (calon pemimpin) alternatif," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.