Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Juga yang "Bertelepon Ria" Minta Calon Hakim Agung Diloloskan

Kompas.com - 21/09/2013, 11:12 WIB
Sandro Gatra

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Rupanya, bukan hanya Komisioner Komisi Yudisial (KY) Imam Anshori yang dilobi untuk meloloskan calon hakim agung oleh anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat. Ketua Bidang Pengawasan dan Investigasi Hakim KY Eman Suparman juga mengalami hal yang sama.

Bedanya, jika Anshori dilobi dengan tawaran uang Rp 200 juta untuk satu Komisoner KY atau Rp 1,4 miliar untuk seluruh Komisioner, Eman, yang saat itu menjabat Ketua KY, mengaku hanya diminta meloloskan satu calon melalui telepon. Saat itu, KY tengah seleksi calon hakim agung tahun 2012.

"Ada yang bertelepon ria. 'Ketua, tolong calon X diloloskan. Dia baik kok'. Ada tiga anggota telepon minta X lolos. Mereka beda fraksi," kata Eman dalam diskusi Polemik "Transaksionalisasi Ala DPR", di Jakarta, Sabtu ( 21/9/2013 ).

Kepada tiga anggota Komisi III itu, Eman mengatakan, ia tidak bisa meloloskan sendiri calon untuk diserahkan ke DPR. Keputusan ada di rapat pleno. Selain itu, Eman menegaskan bahwa standar prosedur di KY dalam proses seleksi hakim agung sangat ketat sehingga tidak mudah untuk meloloskan ke DPR.

Tahap pertama, papar dia, KY menyeleksi syarat administrasi calon hakim dari karir maupun non karir. Ada banyak syarat untuk menjadi hakim agung, salah satunya minimal 20 tahun menjadi hakim bagi jalur karir. Bagi non karir diminta menulis karya tulis terkait hukum. Selain itu, ada lagi penulisan makalah di Pusdiklat MA.

Selanjutnya, tambah Eman, Biro Investasigasi KY menyelidiki berbagai hal terkait seluruh calon. KY melihat laporan harta yang disampaikan ke KPK, PPATK diminta menelusuri apakah ada transaksi mencurigakan, masyarakat diminta menyampaikan informasi tentang calon. Kejaksaan juga diminta informasi bagaimana hakim tersebut ketika mengadili perkara.

Selain itu, tambah Eman, pihaknya juga mendatangi rumah seluruh calon. Tim mengecek bagaimana kondisi rumah, kehidupan keluarga, ditanyakan kepada anggota keluarga apakah tahu dari mana penghasilan si calon hakim, apakah pernah ada orang yang berperkara datang ke rumah, dan sebagainya.

"Pokoknya prosesnya panjang. Kami kumpulkan rekam jejak mereka dari berbagai sudut. Ketika calon masuk ke DPR, sebenarnya sudah calon jadi," kata Eman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

Nasional
Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

Nasional
Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

Nasional
Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

Nasional
745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

Nasional
Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

Nasional
Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

Nasional
Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

Nasional
Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

Nasional
Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

Nasional
Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

Nasional
Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko 'Deadlock'

Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko "Deadlock"

Nasional
Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

Nasional
PKB Belum Tentu Dukung Anies Usai PKS Umumkan Duet dengan Sohibul Iman

PKB Belum Tentu Dukung Anies Usai PKS Umumkan Duet dengan Sohibul Iman

Nasional
Mantan Kabareskrim: Saya Tidak Yakin Judi Online Akan Terberantas

Mantan Kabareskrim: Saya Tidak Yakin Judi Online Akan Terberantas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com