Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menhuk dan HAM: Tak Ada Pabrik Ekstasi di Lapas Tanjung Gusta

Kompas.com - 06/08/2013, 15:02 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menhuk dan HAM) Amir Syamsuddin menegaskan tidak ada pabrik ekstasi di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta, Medan, Sumatera Utara. Dia mengatakan, kabar yang beredar tersebut tidak didasari fakta yang ada.

"Diberitakan ada pabrik ekstasi di Tanjung Gusta, itu informasi yang tidak benar karena tidak ada fakta seperti itu," kata Amir di Kantor Kemenhuk dan HAM, Jakarta, Selasa (6/8/2013).

Meski demikian, Amir mengatakan bahwa pihaknya memang menyita sejumlah barang haram tersebut yang belum dirinci jumlahnya.

"Kemudian dari pemberitaan dikatakan ada penyitaan beberapa narkoba. Rinciannya berapa, perlu dirinci lebih lanjut," katanya.

Pada saat itu juga, lanjut Amir, aparat melakukan penyisiran benda-benda tajam yang dimiliki beberapa narapidana sebelum kerusuhan di Tanjung Gusta. Amir menambahkan, proses relokasi para narapidana ke lapas sekitar telah berjalan lancar. Relokasi tersebut dibantu 1.500 aparat kepolisian dan TNI.

Sebelumnya, Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Denny Indrayana mengungkapkan bahwa Lapas Kelas I Tanjung Gusta, melebihi kuota sampai 247 persen. Kapasitas lapas seharusnya maksimal diisi 1.054 narapidana. Namun, terhitung pada 11 Juli 2013, lapas diisi sekitar 2.600 orang.

Seperti diketahui, pada Kamis (11/7/2013) lalu, terjadi kerusuhan di Lapas Tanjung Gusta. Warga binaan membakar lapas dan kerusuhan itu berujung pada kaburnya ratusan narapidana. Lapas diduga dibakar sekelompok narapidana akibat adanya pemadaman listrik dan matinya air PDAM dalam Lapas. Hingga saat ini, belum semua warga binaan yang kabur itu berhasil ditangkap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com