Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Rasyid Rajasa "Bola Panas" untuk Kepolisian

Kompas.com - 02/01/2013, 12:52 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Aparat kepolisian kembali mendapat sorotan. Kali ini Ditlantas Polda Metro Jaya mendapat perhatian khusus publik dalam penanganan kasus kecelakaan maut di Jagorawi yang menyebabkan dua orang tewas pada Selasa (1/1/2013) pagi. Alasannya ialah karena pengemudi kendaraan yang terlibat tabrakan itu adalah Rasyid Rajasa, anak bungsu Menko Perekonomian RI.

Sejumlah kejanggalan dalam penanganan kasus ini pun menyeruak, mulai dari sikap tertutup aparat kepolisian dalam mengungkap identitas asli Rasyid. Awalnya, polisi hanya menyebutkan nama M Rasyid Amrullah (22) tanpa embel-embel Rajasa. Pihak Jasa Marga pun seolah "masuk angin" dengan hanya menyebutkan pelat BMW yang dikendarai Rasyid dengan B 272. Padahal, pelat aslinya bertuliskan B 272 HR. Inisial HR di belakang sangat identik dengan inisial Hatta Rajasa. Politisi Senayan pun angkat bicara atas kejanggalan-kejanggalan itu.

Anggota Komisi III dari Fraksi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari melihat kasus ini bisa menjadi bola panas yang memberikan efek negatif bagi aparat kepolisian.

"Jadi, kasus ini bisa digulirkan menjadi bola panas, baik yang berarti negatif bagi Pak Hatta Rajasa maupun bagi kepolisian. Saya mengingatkan jangan sampai ini menjadi preseden buruk bagi penegakan hukum yang melibatkan pejabat," ucap Eva, Rabu (2/1/2013), di Jakarta.

Eva mengingatkan agar aparat kepolisian tidak melakukan diskriminasi dalam kasus ini. Pasalnya, masyarakat sudah memiliki referensi sendiri dengan memori akan penanganan kasus Afriyani Susanti yang menewaskan sembilan orang pejalan kaki di Tugu Tani, Jakarta Pusat, setahun lalu. Dalam kasus itu, aparat kepolisian tampak sigap dengan langsung menahan Afriyani.

"Polisi silakan menjelaskan karena masyarakat sudah mempunyai kasus untuk referensi dan itu menjadi tolak ukur. Jadi, harus hati-hati polisi sama Pak Hatta," kata Eva.

Proses hukum, lanjutnya, harus mengacu fakta dan data hukum agar kasusnya semakin jelas. "Status orang dia pejabat atau anak pejabat atau seharusnya itu bukan faktor. Jadi, tetap mengikuti fakta dan data hukum yang ditemukan di lapangan. Bagi polisi dan Pak Hatta Rajasa lebih baik kasus ini tidak diintervensi dan tidak diskriminasi lalu menunjukkan penghormatan kepada proses hukum sebaik-baiknya," papar Eva.

Seperti diberitakan sebelumnya, dua orang tewas dalam kecelakaan yang terjadi pada Selasa (1/1/2013) pagi, pukul 05.45 WIB. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto, Selasa siang, mengungkapkan, Daihatsu Luxio F 1622 CY yang dikemudikan Frans Joner Sirait (37) ditabrak dari belakang oleh BMW B 272 HR yang dikemudikan M Rasid Amrullah Rajasa (22), anak bungsu Hatta Rajasa. Dari hasil pemeriksaan awal terhadap para saksi dan penelitian di lokasi kejadian, kecelakaan terjadi karena pengemudi BMW B 272 HR, yang mobilnya melaju dari arah utara ke selatan di lajur 3, mengantuk. Akibatnya, BMW menabrak Daihatsu Luxio F 1622 CY dari belakang. Dua korban tewas dalam kecelakaan itu adalah Harun, warga Cibodas Sari, Tangerang, dan M Raihan (14 bulan), Mekarjaya, Sukabumi. Tiga orang yang luka-luka dan dibawa ke RS Polri adalah Nung (30) dan Moh Rifan. Seorang lagi dibawa ke RS UKI, yakni Supriyati (30).

Pascakejadian, Hatta menyatakan, keluarganya akan memberikan pertolongan kepada korban yang luka dan keluarga korban yang meninggal. Ia juga menyatakan keinginannya untuk hadir dan minta maaf secara langsung kepada keluarga korban.

Berita terkait dapat diikuti dalam topik:
Insiden BMW Maut di Tol Jagorawi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com