Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Tiga Kesalahan Fatal Pilot Sukhoi Superjet 100

Kompas.com - 18/12/2012, 14:59 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil investigasi kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 telah diumumkan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Selasa (18/12/2012). Kesimpulannya, Ketua KNKT Tatang Kurniadi menilai kecelakaan ini disebabkan oleh kelalaian pilot yang mengemudikan pesawat naas tersebut.

Dari data investigasi KNKT, Kompas.com mendapatkan informasi mengenai tiga kesalahan fatal pilot SSJ 100 yang membawa 45 penumpang tersebut.

Pertama, peta pada pesawat SSJ 100 tidak memuat informasi mengenai area yang dilintasi (Bogor), yang tak lain merupakan sebuah wilayah imajiner yang melintang sepanjang 50 kilometer dari Tangerang hingga Cikeas, dengan lebar sekitar 20 kilometer. Letaknya 20 nautical mile atau 37 kilometer dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma (Bandara HPK). Kondisi pilot yang tak menguasai medan dan kontur pegunungan Salak semakin diperparah dengan kondisi langit yang pada saat kejadian sangat tebal sehingga mempersempit jarak pandang.

Kedua, dalam penerbangan tersebut, Pilot In Command (PIC) Aleksandr Yablontsev (57) bertugas sebagai pilot yang mengemudikan pesawat dan Second In Command (SIC) bertugas sebagai pilot monitoring. Di kokpit terdapat seorang wakil dari calon pembeli yang menempati tempat duduk observer (jump seat).

Kehadiran wakil dari calon pembeli inilah yang diduga kuat membuat hilangnya konsentrasi pilot dalam mengemudikan pesawatnya. Pasalnya, berdasarkan rekaman di menit-menit akhir, Yablonstev banyak melakukan komunikasi di luar konteks penerbangannya. Disinyalir, ia tengah mempromosikan kehebatan SSJ 100 kepada wakil calon pembeli beberapa saat sebelum menabrak tebing Gunung Salak.

Dugaan ini diperkuat dari rentetan komunikasi yang didapat tim investigasi melalui memori modul black box. Bahkan 34 detik sebelum pesawat itu menabrak tebing, Yablonstev mematikan Terrain Awareness Warning System (TAWS) yang memberikan peringatan berupa suara sebanyak enam kali. Berdasarkan hasil investigasi, pilot sengaja mematikan TAWS tersebut karena berasumsi bahwa peringatan-peringatan itu diakibatkan oleh database yang bermasalah.

Kesalahan ketiga adalah saat data penerbangan yang dibawa ke dalam pesawat. Hal ini membuat proses evakuasi menjadi tersendat dan keluarnya data korban yang simpang siur.

"Ini bukan human error, tapi human factor," kata Tatang.

Diakui Tatang, dalam penerbangan-penerbangan demonstrasi atau promosi sebuah pesawat, biasanya pilot kerap kali keluar dari parameter seharusnya. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan kehebatan pesawat yang tengah dipromosikan kepada calon pembeli.

"Ini pelajaran untuk semuanya. Semoga kejadian seperti ini tidak berulang," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    Nasional
    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com