Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Adakah yang Salah dari Renovasi Ruang Banggar?

Kompas.com - 14/03/2012, 06:57 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Penanganan kasus renovasi ruang Badan Anggaran atau Banggar di lantai 2 Gedung Nusantara II Dewan Perwakilan Rakyat dipertanyakan. Hingga saat ini, tak jelas apakah ada atau tidak penyimpangan dan siapa yang harus bertanggung jawab atas renovasi itu.

"Sampai saat ini tidak ada kejelasan siapa yang harus bertanggung jawab," kata Abdullah Dahlan, peneliti Indonesia Corruption Watch, ketika dihubungi, Rabu (14/3/2012).

Seperti diketahui, kasus renovasi ruang Banggar yang menghabiskan dana hingga Rp 20,3 miliar seakan tenggelam. Tak jelas bagaimana hasil pengusutan yang dilakukan Badan Kehormatan DPR ataupun pengusutan dugaan korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Awalnya, BK menyimpulkan terjadi pelanggaran kode etik oleh pimpinan Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR lantaran melakukan pembiaran terhadap ketidakpatutan renovasi ruang Banggar. Namun, tak disebutkan siapa pimpinan BURT yang dimaksud dan bentuk sanksi atas pembiaran.

Ketika dipertanyakan, Ketua BK M Prakosa menyebut pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Pimpinan DPR yang meminta BPKP melakukan penyelidikan mengaku belum menerima hasil kerja BPKP.

Abdullah mengatakan, seharusnya BK tak perlu menunggu hasil penyelidikan BPKP. Pasalnya, hasil kerja BPKP digunakan untuk proses hukum. Adapun BK menangani pelanggaran kode etik. Abdullah menduga BK hanya ingin menunda dengan menyebut menunggu hasil kerja BPKP.

"Seharusnya, kalau BK sudah temukan pelanggaran kode etik, di saat itulah tegakkan etika. Ketika berubah lagi, dugaan publik ada kompromi. Audit silakan, tetapi tetap tegakkan etika," kata Abdullah.

Selain itu, lanjut Abdullah, dugaan adanya kompromi di DPR terlihat dari penukaran berbagai barang impor mewah yang telah dibeli dengan barang lokal. Setidaknya, kursi mewah buatan Jerman seharga Rp 24 juta per kursi, sistem tata suara, mikrofon tanpa kabel, dan lampu asal Belanda telah dikeluarkan. Adapun barang pengganti masih menunggu persetujuan BURT.

Dengan demikian, Abdullah menambahkan, upaya hukum harus dikedepankan. "Harusnya KPK berani lebih jauh melakukan telaah dugaan penyimpangan renovasi ruang Banggar," ucap dia.

Koordinator Advokasi dan Investigasi Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Uchok Sky Khadafi meragukan hasil kerja BPKP nantinya lantaran selalu berpihak kepada kepentingan DPR.

Menurut Uchok, jika pimpinan DPR dan Sekretaris Jenderal DPR serius ingin menyelesaikan kasus renovasi ruang Banggar, seharusnya terus mendorong KPK untuk segera menuntaskan penanganan kasus itu.

"Kenapa sampai sekarang, pimpinan DPR dan Sekjen DPR hanya diam saja," kata Uchok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com