Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gambaran Kualitas Pejabat Publik Rendah

Kompas.com - 03/08/2011, 22:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Setara Institute, Hendardi, menilai pernyataan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie soal pembubaran Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK menggambarkan rendahnya kualitas dari elite politisi Indonesia sekarang.

Meskipun yang bersangkutan berusaha berkelit dari berbagai kritik, sulit dimungkiri jika pernyataan itu memang mencerminkan pikiran Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat tersebut.

"Pernyataan adalah manifestasi dari pikiran sehingga tidak bisa dipandang sepele begitu saja. Kalau setiap pejabat publik bebas berbicara apa pun seperti pernyataan konyol Marzuki Alie, tidak bisa dibayangkan bagaimana roda pemerintahan ini bisa berjalan efektif," kata Hendardi, di Jakarta, Rabu (3/8/2011).

Menurut dia, sebenarnya sah-sah saja seseorang mengutarakan pikiran dalam alam demokrasi seperti sekarang. Namun, sebagai pejabat publik, semestinya hak berpendapat itu harus dikelola dengan baik sehingga bisa menghasilkan komentar yang lebih produktif bagi agenda bangsa untuk memberantas korupsi. Hindari komentar yang kontraproduktif bagi perjuangan bersama memberantas korupsi yang sudah merajalela di negeri ini.

Pernyataan Marzuki, lanjut Hendardi, bukanlah tanpa maksud dan perenungan. Patut diduga, gagasan pembubaran KPK itu mencerminkan kehendak politik pribadi dan atau mungkin sebagian elite Partai Demokrat. Bukan rahasia lagi, beberapa pengurus partai itu disebut-sebut oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin sebagai pihak-pihak yang menerima uang pelicin dalam proyek pembangunan wisma atlet SEA Games 2011.

Pernyataan Marzuki sejatinya tidak berpengaruh langsung pada penegakan hukum karena dia memang bukan penegak hukum. Namun, gagasan yang terkesan negotiable (mengandung unsur tawar-menawar) dengan koruptor dan benci dengan lembaga KPK itu akan membuka ruang lebar bagi para koruptor untuk bangkit kembali dan terus melakukan perlawanan dengan berbagai cara. Tentu saja, kondisi ini akan merugikan pemberantasan korupsi.

"Secara politik, dampak paling nyatanya adalah citra Partai Demokrat yang semakin merosot," katanya.

Belajar dari kasus ini, Hendardi berharap, para politisi seyogianya menahan diri dalam berkomentar. Semakin banyak pernyataan aneh, kian tergerus kepercayaan publik kepada pemerintah. Percuma saja merebut ruang publik untuk berkampanye jika kualitas politisnya rendah. Lebih baik bekerja dan menyampaikan hasil kerja itu kepada rakyat.

"Politik Indonesia lebih membutuhkan kerja nyata ketimbang pernyataan yang kualitasnya rendah," kata Hendardi menambahkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

    Nasional
    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Nasional
    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

    Nasional
    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Nasional
    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    Nasional
    Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Nasional
    Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

    Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

    Nasional
    Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Nasional
    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Nasional
    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Nasional
    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Nasional
    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Nasional
    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com