SAMSUDIN BERLIAN
Sangat penting penegasan Anton Moeliono minggu lalu dalam kolom ini bahwa, sebagai bangsa yang sedang memasuki peradaban beraksara, penyerapan kata asing diharapkan didasarkan pada tulisan dan bukan lagi dari lafal. Peradaban dan bahasa tulis tak terpisahkan. Semua peradaban yang kita kenal di muka bumi adalah peradaban tulis. Dengan segala hormat terhadap budaya leluhur, Melayu yang tak pernah mengembangkan tulisan sendiri tak dianggap peradaban oleh dunia, atau tak dianggap penting sebagai peradaban.
Sayang, walaupun dikatakan perlu taat asas, beberapa contoh kata serapan yang dikemukakan pereksa bahasa itu tidak ajek. Bahwa management diserap sebagai manajemen jelas
Keraguan juga tampak dalam penyerapan mass dan turunannya. Sangat meragukan bahwa KBBI membakukan massa karena lebih menekankan tulisan daripada lisan. Fakta bahwa ada lema masif tapi tidak massif menyiratkan bahwa massa dipilih hanya karena sudah ada masa. Hal serupa terjadi pada tarikh, yang dipilih karena sudah ada tarik, tetapi tawarik dianggap lebih baku daripada tawarikh. Ada bank, yang jelas dituliskan demikian supaya tidak dikacaukan dengan bang, tapi tidak ada bankrut, melainkan bangkrut.
Banyak pula kata serapan yang huruf-huruf aslinya diganti bukan sekadar untuk mengikuti lafal, melainkan juga karena beberapa huruf rupanya dianggap anak tiri. Tak ada alasan logis mengapa maximum harus dijadikan maksimum. Sesungguhnya sangatlah aneh bahwa kita tak menggunakan external, experimen, axioma, exklusif, exekutif, komplex, klimax. Juga, mengapa tak boleh qualitas dan quantum? Bukankah pengusaha air pun tak enggan memakai unsur -qua tanpa membingungkan siapa pun?
Consistent
Memang sekadar mengusung prinsip tulisan di atas lisan tak dengan sendirinya menyelesaikan masalah, bahkan bisa menimbulkan banyak persoalan baru, dan tidak pula harus menjadi harga mati karena mau tidak mau sebagian huruf harus diubah dalam proses penyerapan.
Pengalihan secara ajek unsur -cc- (aksesori-asesori-acesori?), -rd- (standar-standard, standarisasi-standardisasi?), dan banyak banyak lagi tentu sangat tidak sederhana. Namun, yang terpenting adalah ketepatan dalam pewarisan makna lama dan kecerdasan dalam pengolahan makna baru. Dan, pada akhirnya pemakai luaslah yang menentukan, bukan otoritas—atau