Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bom Cirebon, Bom "Kampungan"

Kompas.com - 20/04/2011, 16:22 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Peledakan bom yang terjadi di Cirebon pada Jumat lalu diperkirakan masih akan terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Demikian analisis peneliti dari Institute of International Studies (IIS) Jurusan Hubungan Internasional (HI) Fisipol UGM, Eric Hiariej, Rabu (20/4/2011).

Dikatakan "kampungan" karena dilakukan bukan lagi di tempat-tempat vital yang dibayangkan, seperti hotel dan kafe, tetapi justru di masjid. Ironisnya, aparat keamanan belum siap untuk mengantisipasi modus baru yang dilakukan teroris ini.

Modus peledakan dengan skala kecil itu dilakukan oleh semacam foot soldier atau orang baru, baik yang punya hubungan organisasi maupun lepas dari kelompok yang diduga teroris.

"Selama ini pemerintah lebih fokus melihat kasus ini dilakukan oleh gerakan atau kelompok radikal dan dengan bom yang berdaya ledak besar. Asumsi ini berbahaya dan harus dievaluasi," kata Eric Hiariej.

Eric mengatakan, jika pemerintah melihat kasus teror di Indonesia hanya dilakukan oleh kelompok radikal semacam Jamaah Islamiyah (JI) adalah salah. Asumsi semacam itu menurutnya tidak akan mampu menemukan kunci atau otak di balik tindak terorisme.

Ia juga menilai, organisasi teroris di Indonesia sebenarnya tidak serapih yang dibayangkan dan data yang dimiliki oleh intelijen tentang organisasi tersebut juga sulit untuk diverifikasi validitasnya.

Sementara itu, peneliti IIS lainnya, Titik Firawati, mengatakan, gerakan radikal di dunia sebenarnya bukan hal yang merisaukan jika membawa sebuah perubahan yang bermakna bagi masyarakat.

Ia mencontohkan gerakan radikal yang dilakukan oleh Mahatma Gandhi di India hingga Martin Luther King di Roma. Yang salah adalah ketika radikalisme dilakukan dengan cara-cara kekerasan dan merusak fasilitas publik.

Titik juga menilai, pemerintah selalu panik dalam menangani kasus terorisme. Selain solusi jangka pendek, dengan pembentukan Densus 88, menurutnya perlu dipikirkan solusi jangka panjang melalui sektor ekonomi, sosial, dan pendidikan.

Untuk kasus bom Cirebon, IIS menilai sosok Muh Syarif Astanagarif bukanlah aktor tunggal dan pemain baru. "Rasanya mustahil aksi tersebut dilakukan sendiri dan oleh aktor yang tak terlatih, asumsi ini penting untuk menelusuri lebih jauh aktor lain yang bermain," katanya.

Di samping itu, kasus bom bunuh diri dengan motif pembalasan dendam atau karena pengaruh broken home, sebagaimana pernyataan pemerintah, menurutnya merupakan pendapat yang prematur. Sementara itu, lokasi peledakan yang memilih masjid perlu dicermati secara kritis. Hal ini penting karena menunjukkan adanya pergeseran tujuan dan pola terorisme.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com