Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyeksi Politik Partai Hanura 2014

Kompas.com - 02/02/2011, 16:09 WIB

Oleh Edna C Pattisina dan M Hernowo

Saat berdiri tahun 2006, Partai Hati Nurani Rakyat identik dengan sosok ketua umumnya, Wiranto. Namun, disadari, hal itu tidak akan lestari. Hanura kini ingin menciptakan figur-figur muda yang diwacana-kan publik. Langkah selanjutnya adalah konsolidasi partai agar bisa membangun jaringan akar rumput.

Berikut cerita Ketua Umum Partai Hanura Wiranto tentang target Hanura untuk eksis dan melewati ambang batas parlemen (parliamentary threshold) tahun 2014.

Persiapan apa yang dilakukan Hanura untuk tahun 2014?

Partai Hanura belum wacanakan capres karena sedang fokus pada tahap konsolidasi organisasi tahap kedua. Hanura sedang revitalisasi organisasi. Kami sedang fokus bagaimana Hanura tetap eksis pada 2014.

Sejak awal, Hanura membangun dirinya dengan model partai organik. Jadi, kebijakan tidak selalu top down yang disertai dengan fulus. Setiap tingkatan mampu bekerja dengan membiayai diri sendiri.

Kami sudah selesaikan tahap konsolidasi organisasi seperti munas tahun lalu. Musda di 33 provinsi juga selesai. Muscab juga sudah 70-80 persen selesai. Sekarang sudah ada komposisi baru dalam kepengurusan partai. Ada AD/ART baru. Pemimpin yang sekarang sudah bukan yang diangkat lagi. Sekarang dipilih secara demokratis.

Jadi tidak lagi mengandalkan figur Wiranto?

Awalnya, yang dijual memang nama saya. Orang belum tahu apa itu Hanura. Dalam waktu tiga tahun, Hanura belum kuat untuk jual namanya. Jadi, saya bilang, jual nama saya. Akan tetapi, ke depan, sebagai parpol tidak bisa seperti itu. Kami mulai ambil tokoh-tokoh muda yang masuk Hanura. Berangsur-angsur mereka diberi peran sehingga terjadi akselerasi pengenalan figur Partai Hanura.

Kinerjanya kami sampaikan lewat teman-teman di DPR. Oh, Hanura itu gigih. Itu strategi marketing. Wiranto lama-lama harus ada di belakang. Untuk 2014, walau masih tergantung akselerasi, lebih bagus kalau tokoh-tokoh muda ini jadi alternatif.

Jadi sudah membuat strategi untuk menyesuaikan diri dengan UU Parpol yang baru?

Kami adjustment, penyesuaian kinerja dengan UU Parpol yang baru. Misalnya, ada aturan harus ada mahkamah partai. Kami sudah punya badan kehormatan partai. Minimal, sudah mengantisipasi hal yang akan muncul dan ternyata cocok.

Langkah apa lagi untuk konsolidasi?

Kami juga membangun budaya organisasi. Kan, ada adagium kalau partai politik kotor, tidak ada sahabat yang abadi, yang ada hanya kepentingan. Kami tidak ingin seperti itu. Ada sikap-sikap yang mulia dan elegan. Kami sedang bangun budaya organisasi Hanura.

Bagaimana konkretnya membangun budaya organisasi itu?

Langkah konkret, saat kerja politik di DPR dan DPRD. Kelihatan, kan, kalau Hanura tidak akan berkoalisi dan beroposisi dengan lembaga pemerintah. Akan tetapi, kami akan melihat kebijakannya. Kalau kebijakan itu membela kepentingan rakyat, kami langsung mendukung, langsung berkoalisi. Akan tetapi, kalau ternyata kebijakan itu bertentangan dengan rakyat, tidak menguntungkan rakyat, kami langsung masuk ke kelompok oposisi.

Jadi, kami lebih enak. Tidak oposisi dan koalisi permanen. Buta dan tuli pakai kacamata kuda, salah-benar itu kebijakan koalisi. Kalau kebijakannya menaikkan harga BBM saat rakyat sengsara, kami bisa langsung tolak. Akan tetapi, kalau sudah koalisi permanen, harus ikut. Nah, kami tidak ingin seperti itu.

Contoh, kasus Bank Century. Betapa gigihnya Partai Hanura untuk selalu menyatakan ”usut, usut, usut”. Kami gigih bergeming dengan lobi dan kompromi. Saudara Akbar Faisal, kami katakan, perjuangan Saudara adalah perjuangan partai. Membela rakyat, membongkar kebobrokan. Laksanakan!

Bagaimana sekarang kondisi organisasi Partai Hanura?

Sekarang kami sudah 100 persen di provinsi dan kabupaten/kota, di kecamatan sudah 80 persen, targetnya 90 persen. Kemudian tiap kecamatan kami buatkan tingkat ranting di kelurahan.

Tema munas dan musda selalu membangun organisasi yang solid dan merakyat di semua tingkatan. Partai tanpa organisasi yang solid bagaimana memenangi persaingan yang begitu ketat.

Bagaimana dengan pragmatisme rakyat yang kemudian membuat ada pola money politics?

Kami tidak ingin menyerah pada pragmatisme. Kalau menyerah, kita akan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk membayar pada saat nanti pemilu. Uangnya dari mana? Pasti korupsi atau memanfaatkan teman-teman di DPR untuk mengeruk uang sebanyak-banyaknya.

Kami sadar, ada pertempuran antara idealisme dan pragmatisme. Terkadang memang menyakitkan, idealisme kalah dengan pragmatisme karena kondisi masyarakat yang sulit. Kami ingin dipercaya masyarakat.

Pendidikan politik sampai ke bawah, bagaimana caranya?

Sudah ada rencana, tim pemenangan pemilu sudah kerja keras 10 bulan ini. Yang memimpin Yuddy Chrisnandi. Program utama kami bisa punya kelompok pemasar sampai ke level ranting.

Itu sebabnya partai harus sampai ke ranting karena merekalah ujung tombak untuk bisa komunikasi dengan masyarakat. Tanpa itu, nonsense. Kita harus bicara dengan kampanye yang sifatnya hura-hura dan ekspose fisik. Kalau kita bicara level yang paling bawah, kita bicara komunikasi politik.

Anda masih percaya dengan kesadaran politik masyarakat?

Saya percaya itu tidak mudah. Demokrasi bisa berjalan saat kami punya pendapatan yang cukup. Akan tetapi, kami tidak tahu kapan. Kami akan mencoba menembus sampai dicintai dan dimiliki publik.

Berapa pemegang kartu anggota Hanura?

Target kami 29 juta, harus sudah tercapai sebelum tahun 2014. Sekarang terdaftar 10 juta.

Hasil Pemilu 2009 mengejutkan, di DPRD bisa unggul, sementara di DPR hanya 17 kursi?

Tidak, karena ada permainan. Harusnya, kan, ada equal antara DPRD dan pusat. Akan tetapi, kan, ada faktor-faktor X yang tidak terjamah. Dari 32 kursi, turun terus jadi 17. Pas saat itu jadi syarat pencapresan.

Ke depan bagaimana?

Dari awal saya gigih kasih pesan ke teman-teman di DPR. KPU dan KPUD harus dimasuki unsur parpol. Biar ada cross check. Jangan kemudian independen, dikooptasi oleh satu kekuasaan. Independen itu kinerja, bukan asal-usul. Kalau tidak dijaga, pasti akan berulang.

Bagaimana dengan wacana ambang batas parlemen 5 persen, atau penyederhanaan daerah pemilihan?

Penyederhanaan partai jangan sampai hanya demi 1-2 parpol. Jangan sampai kita bertabrakan dengan UUD, memasung hak politik rakyat. Hanura, kan, tadinya 2,5 persen. Kami bisa terima angka moderat, kan, 3 terutama untuk pusat.

Apakah yakin dengan 3 persen itu? Bagaimana dengan koalisi atau konfederasi?

Kalau 3 persen, ya, kami yakin. Kami sudah adakan pembicaraan dengan delapan partai kecil. Hanura jadi payungnya. Akan tetapi, yang kami ajak bicara, eh, masuk ke partai lain. Artinya memang ada pragmatisme.

Soal kepemimpinan nasional 2014, Anda termasuk sering disebut-sebut juga?

Bahwa nama saya termasuk unggul, Alhamdulillah. Kami belum mewacanakan. Masih terlalu dini untuk partai yang ingin berkembang. Jangan sampai buka fron untuk mengganggu konsolidasi organisasi. Kami harus fokus, jangan sampai banyak tugas.

Akan tetapi, kita, kan, masih sarat dengan politik figur?

Iya, karena lebih banyak lihat popularitas daripada kualitas. Kader-kader muda jadi sulit tembus. Track record mereka belum dilihat publik yang lebih lihat tokoh-tokoh lama.

Masalahnya, tidak ada figur lama yang kuat pada 2014 setelah Ibu Mega menyatakan mungkin tidak akan maju dan Pak SBY tidak bisa lagi?

Nanti juga akan muncul. Kan, sudah terlihat di survei-survei, kan. Tidak usah sekarang, kan. Kan, masih lama juga.

Kepemimpinan nasional tahun 2014 seperti apa? Apakah akan mencari pemimpin yang tegas, mengingat banyak masalah yang harus dituntaskan?

Itu hukum alam. Saat jenuh dengan gaya kepemimpinan tertentu, masyarakat akan mencari alternatif yang lain. Akan tetapi, masih tergantung banyak hal, sifat masyarakat yang belum politis dan pragmatis.

Target Hanura pada 2014?

Eksis. Di atas PT (parliamentary threshold). Membesarkan partai sebesar-besarnya, baru dari situ bicara kekuasaan.

Jadi, tidak akan muncul calon dari Hanura?

Belum tentu. Bisa iya atau tidak. Itu nasib.

 

 

Jendral TNI (Purn) WIRANTO

Tempat, tanggal lahir: DI Yogyakarta, 4 Apri 1947

Pendidikan:

  • Akademi Militer Nasional (AMN) ;1968)
  • Jurusan Administrasi Negara, FISIP, Universitas Terbuka (1995)
  • Perguruan Tinggi Hukum Militer (PTHM) (1996)

 

Jabatan: Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat(2010-2015)

 

Perjalanan Karier

  • Ajudan Presiden Soeharto (1989-1993)
  • Kepala Staf Komando Daerah Militer (Kasdam) Jaya(1993-1994)
  • Pangdam Jaya (1994-1996)
  • Pangkostrad (1996-1997)
  • KSAD (1997-1998)
  • Panglima ABRI/TNI (1998-1999)
  • Menteri Pertahanan dan Keamanan Kabinet Reformasi(1998-1999)
  • Menteri Koordinator Politik clan Kearnanan Kabinet Abdurrahman Wahid (1999-2000)
  • Calon Wakil Presiden RI (1999-2004) dalam Sidang Umum MPR 1999, dicalonkan Fraksi Perserikatan Daulat Ummat, mengundurkan diri dalam pencalonan itu (21 Oktober 1999)
  • Presiden Komisaris PT Ujung Genteng Indonesia (UGI) bergerak di bidang properti (2004)
  • Calon Presiden dari Partai Golkar (2004)
  • Calon Wakil Presiden dari Partai Golkar/Hanura (2004)
  • Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (2010-2015)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com