Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemberian Gelar Diprotes

Kompas.com - 18/01/2011, 03:45 WIB

Medan, Kompas - Sekitar 100 pengunjuk rasa yang mengatasnamakan Persatuan Muda-mudi Batak Sumatera Utara, Senin, (17/1) di Medan, berunjuk rasa, menolak pemberian gelar Raja Batak kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pernyataan ini langsung dibantah TB Silalahi.

”Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) tidak diberi gelar Raja Batak,” kata Silalahi, yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presidan Bidang Hankam, dalam pesan singkatnya melalui telepon seluler (SMS) kepada Kompas, semalam.

Menurut agenda, Selasa ini Presiden Yudhoyono meresmikan Museum Batak TB Silalahi di Toba Samosir, Sumatera Utara. Dalam situs TB Silalahi Center-tbsilalahicenter.org-disebutkan, saat pembukaan museum, direncanakan ada penganugerahan pakaian kebesaran Adat Batak kepada Presiden dan Ibu Negara yang dilakukan enam pemuka Lembaga Adat dari enam Subetnis Batak.

”Yang akan memberi gelar kehormatan adalah (Lembaga Adat) Puak Angkola. Dan, bukan gelar Raja Batak, tapi gelar kehormatan. Mereka biasa memberi gelar. Lembaga adat (di) Toba (Samosir) memberi pakaian kehormatan dan perangkatnya. Pemberian seperti itu sudah biasa dilakukan. Bahkan sudah banyak menteri yang memperolehnya,” tambah Silalahi.

Asisten TB Silalahi, Robert Njo, menyatakan, unjuk rasa itu salah alamat. ”Yang akan dilakukan dalam peresmian museum itu adalah pemberian pakaian kebesaran kepada SBY dan Ibu Negara. Pemberian pakaian kebesaran dilakukan oleh Subetnis Angkola. Aburizal Bakrie (Ketua Umum DPP Partai Golkar yang juga mantan Menko Kesra) juga pernah mendapat gelar itu,” ujarnya, saat dikonfirmasi kemarin.

Ditanya, mengapa bisa terjadi penolakan (unjuk rasa), Robert mengaku tidak tahu siapa yang memelintir informasi itu.

Unjuk rasa tak hanya dilakukan Persatuan Muda-mudi Batak Sumatera Utara, tapi juga oleh puluhan orang yang tergabung dalam Partukoan Naposo Bangsa Batak, sehari sebelumnya.

Dalam unjuk rasa kemarin, pendemo menggunakan mobil angkutan umum dan berkumpul di Bundaran Majestyk Medan, Sumatera Utara. Di tempat itu mereka menggelar poster bergambar TB Silalahi dan SBY. Beberapa pengunjuk rasa mengenakan topeng bertuliskan TB dengan tanda silang di dahinya. Setelah puas di tempat pertama, pengunjuk rasa bergerak ke Gedung DPRD Sumatera Utara.

”SBY tidak ada jasanya bagi masyarakat Batak sehingga tidak layak mendapat gelar Raja Batak. Rencana pemberian gelar itu adalah politisasi Batak,” kata Betler Situmorang dalam orasinya.

Berlin Marbun, juru bicara Persatuan Muda-Mudi Batak Sumatera Utara, mengatakan, SBY tidak layak mendapatkan gelar raja Batak karena bukan orang Batak dan belum mempunyai jasa yang mencukupi pada masyarakat Batak. ”Pemberian gelar itu hanyalah akal-akalan TB Silalahi yang museumnya di Desa Pagar Batu Silalahi, Kecamatan Balige, Toba Samosir, akan diresmikan Presiden SBY, Selasa ini,” katanya.

Tak ada anggota DPRD Sumut yang menemui pengunjuk rasa. Sebelum meninggalkan gedung DPRD, sebagian pengunjuk rasa membakar topeng yang bertuliskan TB kemudian melanjutkan perjalanan ke arah Patung Sisingamangaraja di Jalan Sisingamangaraja, Medan, dengan menggunakan belasan mobil angkutan kota. (wsi/mhf)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com