Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untung Ada Sepak Bola

Kompas.com - 17/12/2010, 08:35 WIB

Syukurlah ada sepak bola. Sepak bolalah yang menjadi penyelamat sekaligus penyemangat, penghiburan sekaligus pengharapan.

Sepak bola memberikan hiburan kepada kita yang akhir-akhir ini dibelit berbagai persoalan. Persoalan politik yang penuh intrik dan ruwet, bencana yang silih berganti, korupsi yang tiada habis-habisnya, harga-harga kebutuhan pokok yang tak terkendali terus naik, akrobat dan drama politik yang memperbodoh kita, perang pernyataan yang tidak bijaksana, dan masih banyak lagi yang membuat kita semua terbelenggu dan kelu.

Karena itu, hanya harapan yang pantas diungkapkan kali ini: semoga hiburan itu, sepak bola, dapat sejenak mengistirahatkan kita dari segala kepenatan dan beban hidup yang akhir-akhir ini banyak kita derita, dan lelah.

Kita, rakyat, memang lelah. Ibarat orang jalan, kita semua sudah jalan begitu jauh, di jalan yang rusak dan naik turun, tanpa sekali pun istirahat untuk minum. Karena itu, butuh sesuatu yang menyegarkan. Butuh sesuatu yang menyegarkan seperti yang diinginkan ribuan penonton sepak bola yang rela berpanas-panas selama berjam-jam untuk mendapatkan tiket menonton pertandingan antara Indonesia dan Filipina.

Dalam sejarah, ”Indonesia” pernah tampil di Piala Dunia 1938 (Perancis), atas nama Dutch East Indies (Hindia Belanda). Timnas waktu itu ditaklukkan Hongaria, 0-6. Dengan sistem gugur, mereka angkat koper. Namun, kita tetap boleh bangga, timnas dikalahkan tim yang menjadi runner-up! Kini kita menunggu prestasi PSSI.

Melihat begitu antusiasnya masyarakat memberikan dukungan kepada kesebelasan kita, ini membuktikan bahwa sepak bola bermanfaat bagi terapi membangkitkan kembali semangat nasionalisme. Sementara itu, para pemain bersemangat untuk mempersembahkan kemenangan bagi negara. Tentu ini berkaitan dengan identitas negara dan nasionalisme.

Kita juga berharap mampu membangun sikap nasionalisme di bidang ekonomi, politik, pertahanan keamanan, serta pendidikan, dan bidang-bidang lain.

Kemenangan di babak semifinal ini memberikan optimisme. Tidak lebih tidak kurang, kita ingin menang. Optimistis, tetapi kita juga harus realistis, yakni menggantungkan dan meletakkan cita-cita setinggi langit, tetapi tetap sadar akan keterbatasan, akan kekurangan dalam tubuh PSSI, dalam sistem kompetisi kita. Pendek kata dalam tubuh dunia persepakbolaan kita.

Di atas segalanya, sepak bola adalah hiburan dan kegembiraan. Marilah sesaat kita melupakan keruwetan hidup. Akan tetapi, jangan sampai karena sepak bola, kita terlena dari persoalan fundamental yang menjadi beban bangsa dan negara ini: beban rakyat.

Meskipun, secara jujur harus kita akui, kita saat ini membutuhkan katakanlah semacam oase yang menyegarkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

    "Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

    Nasional
    Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

    Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

    Nasional
    Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

    Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

    Nasional
    Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

    Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

    Nasional
    Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

    Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

    Nasional
    Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

    Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

    Nasional
    Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

    Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

    Nasional
    Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

    Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

    Nasional
    Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

    Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

    Nasional
    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

    Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

    Nasional
    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

    Nasional
    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

    Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

    Nasional
    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

    Nasional
    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    “Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

    Nasional
    Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com