Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Gempa, Gunung Merapi Waspada

Kompas.com - 23/09/2010, 23:28 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Status aktivitas vulkanik Gunung Merapi (2.965 mdpl) di perbatasan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah dinaikkan menjadi waspada, Kamis (23/9/2010). Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menaikkan status Merapi dari aktif normal menjadi waspada, karena gempa multi phase (MP) atau gempa permukaan maupun gempa vulkanik menunjukkan peningkatan yang signifikan.

"Sejak 12 September 2010 data kegempaan Gunung Merapi menunjukkan peningkatan yang signifikan untuk gempa MP maupun gempa vulkanik," kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTK Yogyakarta Sri Sumarti.

Kemudian, kata dia, pada 20 September 2010 dilakukan evaluasi data dan resume, yang ternyata memang meningkat signifikan, sehingga pihaknya mengambil langkah menaikkan status aktivitas vulkanik Gunung Merapi dari aktif normal menjadi waspada.

Menurut dia, gempa MP di Gunung Merapi dalam kondisi normal rata-rata lima kali per hari, dan gempa vulkanik rata-rata satu kali per hari. "Sedangkan saat ini rata-rata gempa MP terjadi 10 kali per hari, dan gempa vulkanik rata-rata tiga kali per hari. Total dalam satu minggu terakhir gempa MP rata-rata 38 kali per hari, dan gempa vulkanik 11 kali per hari," katanya.

Sedangkan dari data "Electronic Distance Measurement" (EDM) atau jarak tunjam titik pengamatan hingga ke reflektor yang ada di puncak Gunung Merapi, juga menunjukkan terjadi pemendekan jarak. "Kondisi EDM normal per hari antara 0,1 hingga 0,3 milimeter, sedangkan saat ini EDM tercatat mencapai 11 milimeter per hari," katanya.

Sri Sumarti mengatakan manifestasi kondisi Gunung Merapi saat ini memang belum tampak, namun masyarakat diimbau tetap harus waspada, dan selalu memantau setiap perkembangan di puncak gunung ini. "Warga masyarakat yang tinggal maupun sering beraktivitas di lereng Merapi kami meminta selalu waspada, termasuk para pendaki untuk berkoordinasi dengan BPPTK Yogyakarta maupun pos pengamatan Gunung Merapi terdekat," katanya.

Sedangkan untuk aktivitas penambangan pasir di beberapa sungai yang selama ini menjadi tempat mengalirnya lahar dingin dari gunung itu, menurut dia masih aman, dan tidak ada larangan melakukan penambangan pasir.

"Namun, yang perlu terus diwaspadai adalah masih seringnya turun hujan deras, termasuk di puncak dan lereng Gunung Merapi, yang berpotensi menimbulkan banjir lahar dingin sisa erupsi 2006 yang sangat berbahaya bagi para penambang pasir di aliran sungai di kaki gunung ini," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

    Mundur sebagai Wakil Kepala Otorita IKN, Dhony Rahajoe Sampaikan Terima Kasih ke Jokowi

    Nasional
    KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik Jika Ikuti Putusan MA

    KPU Dianggap Bisa Masuk Jebakan Politik Jika Ikuti Putusan MA

    Nasional
    Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

    Ketika Kepala-Wakil Kepala Otorita IKN Kompak Mengundurkan Diri ...

    Nasional
    KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

    KPU Diharap Tak Ikuti Putusan MA Terkait Usia Calon Kepala Daerah

    Nasional
    Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

    Adam Deni Hadapi Sidang Vonis Kasus Pencemaran Ahmad Sahroni Hari Ini

    Nasional
    Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

    Pentingnya Syarat Kompetensi Pencalonan Kepala Daerah

    Nasional
    Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

    Nasihat SBY untuk Para Pemimpin Setelah 2014

    Nasional
    Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana Dengan Kaesang di Pilkada Jakarta?

    Dulu Jokowi Tak Setujui Gibran Jadi Cawapres, Bagaimana Dengan Kaesang di Pilkada Jakarta?

    Nasional
    [POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

    [POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

    [POPULER NASIONAL] Kepala dan Wakil Kepala Otorita IKN Mundur | Tugas Baru Budi Susantono dari Jokowi

    Nasional
    Tanggal 7 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 7 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung Periksa Adik Harvey Moeis Jadi Saksi Kasus Korupsi Timah

    Kejagung Periksa Adik Harvey Moeis Jadi Saksi Kasus Korupsi Timah

    Nasional
    SYL Ngaku Bayar Eks Jubir KPK Febri Diansyah Jadi Pengacara dengan Uang Pribadi

    SYL Ngaku Bayar Eks Jubir KPK Febri Diansyah Jadi Pengacara dengan Uang Pribadi

    Nasional
    PDI-P Sebut Pemanggilan Hasto oleh Polda Metro Jaya Upaya Bungkam Suara Kritis

    PDI-P Sebut Pemanggilan Hasto oleh Polda Metro Jaya Upaya Bungkam Suara Kritis

    Nasional
    Apresiasi Perwira Inovatif, Annual Pertamina Awards Ke-14 Resmi Dibuka

    Apresiasi Perwira Inovatif, Annual Pertamina Awards Ke-14 Resmi Dibuka

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com