Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebagian Besar Bahan Baku Nano Masih Impor

Kompas.com - 20/08/2010, 18:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Berdasarkan hasil survei Kementrian Perindustrian, sekitar 30 persen industri Indonesia mulai menerapkan teknologi nano yang berdaya saing tinggi. Hanya saja, sebagian besar produk tersebut masih menggunakan bahan baku nano impor.

"Pada tahun 2009 ini produk nasional yang menggunakan nano teknologi sudah mencapai 30 persen. Kalau ini bisa berkembang, dia juga akan menjadi substitusi impor dari barang-barang kimia dan sebagainya yang selama ini kita mengandalkan dari importir," ujar Menteri Perindustrian, MS Hidayat usai membuka pameran "Ritech Expo 2010" di Jakarta Convention Center, Jumat (20/8/2010).

Padahal, menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementrian Perindustrian, Dedi Mulyadi, Indonesia memiliki potensi mengembangkan bahan baku teknologi nano melihat ketersediaan sumber daya alam yang cukup. "Potensi sumber daya kita ada, kenapa tidak didayagunakan? Silikon, koloid, kan ada," katanya dalam kesempatan yang sama.

Laboratorium-laboratorium teknologi nano di Indonesia-pun menurut Dedi mulai berkembang. Hanya, sebagian besar temuan riset tersebut belum disesuaikan dengan kebutuhan industri. "(Sehingga) yang harus dibangunan pemerintah bagaimana mengintermediasi antara industri dan dunia riset. Industri ini kan sangat dinamis, apa yang dibutuhkan oleh pasar. Sehinggaa apa yang kebututan kita tentang industri yang berkompetensi mau tidak mau berbasis inovasi," ujar Menteri Riset dan Teknologi, Suhana Suryapranata.

Untuk itulah, kata Suhana, pemerintah saat ini, membentuk sistem inovasi nasional yang menghubungkan industri dan riset. Salah satu programnya adalah dengan menggelar pameran hasil riset teknologi nano untuk idustri R&D Ritech 2010 di JCC 20-22 Agustus.

"Semoga ajang ini bisa membuat keterbukaan bahwa kita (riset dan industri) akan saling membutuhkan," ucap Suhana.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com