Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenalkan Wayang kepada Remaja

Kompas.com - 26/07/2010, 03:27 WIB

Anak-anak dan remaja sangat akrab dengan bacaan komik dan novel. Saking akrabnya, mereka mengidolakan tokoh-tokoh superhero dalam bacaan mereka itu. Sementara dalam khazanah kebudayaan kita, seperti cerita pewayangan, ada banyak tokoh yang pantas diteladani, tetapi mereka tak mendapatkan cerita itu.

Mengisi kekosongan bacaan yang digali dari kekayaan budaya bangsa sendiri itu, Bentara Budaya Jakarta (BBJ), bekerja sama dengan Jagad Pustaka Publishing, Sabtu (24/7), meluncurkan dan membedah buku novel grafis Abimanyu Anak Rembulan karya Dwi Klik Santosa (36).

”Abimanyu Anak Rembulan merupakan naskah klasik cerita wayang purwa yang diadaptasi dari berbagai sumber. Abimanyu figur seorang ksatria muda yang memiliki kepolosan dan keberanian.

Sosok belia yang cerdas, tangguh, mumpuni, optimis, dan cemerlang. Kita merindukan anak-anak kita tumbuh begitu,” kata Simon Puji Widodo dari Jagad Pustaka.

Menurut dalang Sudjiwo Tedjo, yang membedah novel grafis Abimanyu Anak Rembulan bersama kolektor (buku) wayang Henry Ismono, ada banyak sumbangan wayang untuk masa depan. ”Melalui tokoh-tokoh pewayangan, kita bisa mengkritisi dan membedah persoalan bangsa serta memberikan alternatif solusinya,” katanya.

Ke depan, orang mencari spiritualitas. Dalam kondisi seperti itu, tantangannya adalah bagaimana membuat pesan melalui wayang. ”Wayang yang merupakan peradaban adiluhung bangsa yang sarat nilai dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa,” ujar Sudjiwo Tedjo.

Kerinduan masyarakat

Henry Ismono mengatakan, belakangan ada kerinduan masyarakat untuk membaca komik-komik wayang. Karena itu, karya-karya Teguh Santosa dan Kosasih, misalnya, diterbitkan kembali dengan kemasan buku yang lebih menarik.

”Hadirnya seri novel grafis, dengan tokoh pewayangan dalam ceritanya, bisa menjadi bacaan alternatif yang pada akhirnya mencintai wayang dan kekayaan tradisional lainnya,” katanya.

Menurut wartawan senior Kompas dan cerpenis Bre Redana, dalam komentarnya di buku yang diluncurkan itu, transformasi wayang ke pakeliran novel grafis membuat pembaca akrab, eksploratif, tetapi pakem tetap terjaga. ”Klasisisme wayang tidak pernah pudar. Abimanyu Anak Rembulan membuktikannya,” kata Bre Redana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com