Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dana Aspirasi: 'Ngawur'!

Kompas.com - 09/06/2010, 12:25 WIB

Oleh: Tjipta Lesmana

KOMPAS.com - Tiga minggu yang lalu, saya melihat aksi unjuk rasa, sebagian besar pesertanya kaum perempuan, di St Paul, ibu kota negara bagian Minnesota, Amerika Serikat. Mereka menentang keputusan parlemen (bersama pemerintah) untuk menutup lebih dari 10 perpustakaan umum.

Namun, parlemen bersikukuh dengan keputusannya, di samping memangkas banyak pos pengeluaran lain dalam upaya menghemat anggaran belanja Negara Bagian Minnesota akibat krisis ekonomi yang melanda AS.

Presiden Barack Obama, Maret lalu, menunda kunjungannya ke Indonesia karena harus ”bertempur” melawan Kongres yang semula bersikap kritis terhadap RUU Kesehatan yang diajukan pemerintah. Yang digugat Kongres adalah seberapa efektif RUU itu jika dilaksanakan terhadap kesejahteraan rakyat miskin dikaitkan dengan anggaran besar yang diperuntukkannya. Penghematan, itulah tema sentral di semua negara Eropa dan Amerika saat ini.

Negara kita, kalau mau jujur, dewasa ini sesungguhnya tetap dilanda krisis ekonomi. Adalah naïf jika ada orang yang tidak mengakui realita ini. Sayangnya, pemerintah—bersama DPR— mencari solusi gampang menghadapi krisis tersebut, dengan membiarkan anggaran belanja membengkak, seberapa pun keinginan pemerintah dan DPR, dan menutup semua defisit anggaran dengan utang, baik dalam maupun luar negeri.

Maka, utang pemerintah selama lima tahun terakhir meningkat tajam sekitar Rp 500 triliun karena tak ada upaya serius pemerintah dan DPR melakukan penghematan, tetapi seperti justru membiarkan terjadinya pemborosan.

Pemborosan yang dimaksud, antara lain, untuk pemekaran wilayah baru, pilkada tiga kali sehari dari Sabang sampai Merauke, pembengkakan birokrasi (berapa jumlah menteri kita sekarang? pembangunan instansi fisik yang belum perlu, dan tuntutan keuangan yang aneh-aneh dari DPR sendiri.

Desakan Partai Golkar agar setiap anggota DPR dialokasikan anggaran Rp 15 miliar per tahun untuk ”dana aspirasi” adalah salah satunya. Jika desakan ini diwujudkan, berarti perlu tambahan anggaran Rp 8,4 triliun efektif mulai APBN 2011.

Sekadar catatan: untuk tambahan anggaran pembangunan monorel yang begitu vital sebesar Rp 1 triliun saja, Pemerintah DKI susah sekali mencarinya. Untuk menghemat subsidi BBM Rp 2 triliun, pemerintah telah membuat jutaan pemilik sepeda motor resah dan gusar karena rencananya mereka tidak boleh lagi membeli BBM bersubsidi.

Banyak orang tidak tahu bahwa untuk APBN 2010 pemerintah diam-diam sudah menyetujui dan mengalokasikan tambahan anggaran kepada DPR berupa ”dana operasional” sebesar Rp 100 miliar per Komisi. Alhasil, Rp 1 triliun lebih ”raib” untuk DPR. Pemerintah begitu gampang takluk pada tuntutan DPR. Mungkin karena ketika itu Sri Mulyani Indrawati selaku menteri keuangan sedang ”pusing” dihantam DPR terkait skandal Bank Century.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Nasdem Siapkan Sejumlah Nama untuk Pilkada Jabar, Ada Muhammad Farhan dan Saan Mustopa

    Nasdem Siapkan Sejumlah Nama untuk Pilkada Jabar, Ada Muhammad Farhan dan Saan Mustopa

    Nasional
    Kemensos Bantu 392 Lansia Operasi Katarak Gratis di Aceh Utara

    Kemensos Bantu 392 Lansia Operasi Katarak Gratis di Aceh Utara

    Nasional
    Anggota DPR Sebut Tak Ada soal Dwifungsi TNI dalam RUU TNI

    Anggota DPR Sebut Tak Ada soal Dwifungsi TNI dalam RUU TNI

    Nasional
    Buka Sekolah Pemimpin Perubahan, Cak Imin Harap PKB Tetap Kontrol Kinerja Eksekutif-Legislatif

    Buka Sekolah Pemimpin Perubahan, Cak Imin Harap PKB Tetap Kontrol Kinerja Eksekutif-Legislatif

    Nasional
    KPK Cegah 2 Orang Bepergian ke Luar Negeri Terkait Kasus di PGN

    KPK Cegah 2 Orang Bepergian ke Luar Negeri Terkait Kasus di PGN

    Nasional
    DKPP Lantik 21 Tim Pemeriksa Daerah PAW dari 10 Provinsi

    DKPP Lantik 21 Tim Pemeriksa Daerah PAW dari 10 Provinsi

    Nasional
    Ahmad Sahroni dan Pedangdut Nayunda Nabila Jadi Saksi di Sidang SYL Besok

    Ahmad Sahroni dan Pedangdut Nayunda Nabila Jadi Saksi di Sidang SYL Besok

    Nasional
    Pertamina Bersama Komisi VII DPR Dukung Peningkatan Lifting Migas Nasional

    Pertamina Bersama Komisi VII DPR Dukung Peningkatan Lifting Migas Nasional

    Nasional
    KPK Nyatakan Hakim Agung Gazalba Bisa Disebut Terdakwa atau Tersangka

    KPK Nyatakan Hakim Agung Gazalba Bisa Disebut Terdakwa atau Tersangka

    Nasional
    Gelar Rapat Persiapan Terakhir, Timwas Haji DPR RI Pastikan Program Pengawasan Berjalan Lancar

    Gelar Rapat Persiapan Terakhir, Timwas Haji DPR RI Pastikan Program Pengawasan Berjalan Lancar

    Nasional
    Kemenhan Tukar Data Intelijen dengan Negara-negara ASEAN untuk Tanggulangi Terorisme

    Kemenhan Tukar Data Intelijen dengan Negara-negara ASEAN untuk Tanggulangi Terorisme

    Nasional
    Hari Ke-17 Keberangkatan Calon Haji: 117.267 Jemaah Tiba di Arab Saudi, 20 Orang Wafat

    Hari Ke-17 Keberangkatan Calon Haji: 117.267 Jemaah Tiba di Arab Saudi, 20 Orang Wafat

    Nasional
    Eks Gubernur Babel: Kekayaan Alam dari Timah Berbanding Terbalik dengan Kesejahteraan Masyarakat

    Eks Gubernur Babel: Kekayaan Alam dari Timah Berbanding Terbalik dengan Kesejahteraan Masyarakat

    Nasional
    Ditemani Menko Airlangga, Sekjen OECD Temui Prabowo di Kemenhan

    Ditemani Menko Airlangga, Sekjen OECD Temui Prabowo di Kemenhan

    Nasional
    Megawati Diminta Lanjut Jadi Ketum PDI-P, Pengamat: Pilihan Rasional

    Megawati Diminta Lanjut Jadi Ketum PDI-P, Pengamat: Pilihan Rasional

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com