Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tugu Wallace Ditetapkan di Ternate

Kompas.com - 29/11/2008, 06:28 WIB

JAKARTA, SABTU - Melalui berbagai perdebatan ilmiah, akhirnya tugu memperingati tokoh ilmuwan biogeografi dari Inggris, Alfred Russel Wallace (1823-1913), di Indonesia ditetapkan di Ternate, Provinsi Maluku Utara. Lokasi tugu adalah sebuah rumah yang diduga pernah disinggahi Wallace di Jalan Nuri, Ternate, sekarang.

Petunjuk didapat dari data tertulis dalam catatan Wallace yang hanya berjalan 5 menit menuju Pasar Gamalama. Kemudian untuk melihat Kota Ternate harus menghadap ke arah timur laut.

”Tidak hanya dengan tugu, di Ternate akan diresmikan pemberian nama untuk jalan, Alfred Russel Wallace,” kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Umar Anggara Jenie dalam konferensi pers menjelang Prasimposium ”Letter from Ternate”, Jumat (28/11), di Jakarta.

Prasimposium akan diselenggarakan 2-3 Desember 2008 di Ternate. Menurut Umar, Wallace melalui bukti pengiriman ”Surat dari Ternate” tahun 1858 kepada Charles Darwin di Inggris, akhir- akhir ini diunggulkan sebagai salah satu pencetus teori Darwin mengenai evolusi.

”Sebelum tahun 2009 nanti dicetuskan sebagai ’Darwinian of The Year’. Banyak ilmuwan, terutama di Inggris, memunculkan nama Wallace untuk dikenang sebagai pencetus teori evolusi pula,” kata Umar yang didampingi Deputi Bidang Ilmu Kebumian LIPI Hery Harjono dan Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Endang Sukara.

Menurut Umar, Wallace di usia 35 tahun, 6 Maret 1858, lebih dulu menulis catatan mengenai evolusi fauna yang tak bisa bertahan, sebagai fauna yang akan punah. Catatan itu dituangkan ke dalam surat berjudul ”On The Tendency of Varieties to Depart Indefinitely from The Original Type”, lalu dikirimkan ke Charles Darwin.

”Surat Wallace itu ditulis setahun sebelum Darwin mengemukakan teori evolusinya. Jadi, Wallace lebih dulu mengungkapkan hal-hal berkaitan dengan teori evolusi yang kemudian diungkapkan Darwin,” kata Umar.

Menurut Endang, pengungkapan spesies-spesies endemik di wilayah Indonesia timur yang dibatasi garis imajiner wallacea menunjang ekoturisme yang saat ini belum berkembang baik. Garis imajiner wallacea memisahkan jenis satwa Indonesia bagian barat dan timur—dari palung Sulawesi ke selat Lombok.

”LIPI juga merintis Kebun Raya Enrekang di Sulawesi Tengah untuk pelestarian tumbuh-tumbuhan endemik, guna menunjang ekoturisme,” kata Endang.

Menurut Hery Harjono, potensi ekoturisme juga didapat dari kondisi geologis. ”Subduksi di sana menciptakan pegunungan berpemandangan sangat indah,” kata Hery.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com