Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sedia Payung (Dan Jas) Sebelum Hujan!

Kompas.com - 27/11/2008, 12:20 WIB

Musim hujan telah tiba. Saatnya menyediakan payung dan jas hujan. Jangan bayangkan jas hujan warna gelap dengan model ponco dan potongan lengan bak kelelawar. Bukan pula payung lipat dari bahan plastik atau parasit. Yang ini lebih trendi dan feminin.

Ide Nurdin Urbayani (41) pasti membuat kaum perempuan gembira. Ia mendesain jas hujan dengan model dan warnanya lebih feminin. "Namanya rain coat women (RCW)," ujarnya bangga. Bagi yang sehari-hari mengenakan rok lebar atau berjilbab, disediakan RCW model jaket dipadu rok bawahan lebar bertali serut. Sedangkan untuk yang lebih suka mengenakan celana panjang, ada model jaket dan celana panjang seperti yang dikenakan kaum pria. Hanya saja warnanya lebih feminin.

"RCW itu inovasi saya tahun 1997. Waktu itu, model jas masih didominasi model ponco. Kebetulan ayah saya dulu juga produsen jas model seperti itu." Mulanya, ia membuat jas hujan khusus untuk perempuan dengan model longdress berkancing depan dan berlengan dilengkapi tutup kepala. "Lalu 10 tahun kemudian, saya meluncurkan model jaket dipadu rok bawahan lebar bertali," terang Nurdin yang sehari-hari juga mengajar di Fakultas Ekonomi Unversitas Muhammadiyah Surakarta.

Sementara untuk anak-anak, Nurdin membuat jas hujan kombinasi warna. Modelnya rok panjang untuk anak perempuan dan jaket dipadu celana panjang untuk anak laki-laki. "Anak-anak biasanya, kan, pakai tas punggung. Saya buatkan jas hujan anak yang cukup dimasukkan ke tas punggung. Bisa juga warnanya diserasikan dengan jas hujan ibunya."

Sejak diluncurkan ke pasar, RCW mendapat sambutan baik. Tiga bulan sebelum musim hujan tiba, kata Nurdin, pesanan sudah berdatangan. Produk Nurdin bisa laris juga karena bahan baku yang digunakan lebih ringan dari jas hujan yang selama ini ada. "Bahannya saya pesan khusus dari pabrik di dalam negeri.

Keunggulannya, bahan ini lemas seperti ada karetnya. Jadi, lentur saat dipakai, awet, dan tidak bocor. Beda dengan jas hujan berbahan parasit, harus dijahit. Akibatnya di antara jahitan bisa kemasukan air. Kalau bahan saya cukup dilekatkan dengan panas yang kuat."

Pengalaman menjadi pengusaha jas hujan diwarisi Nurdin dari almarhum ayahnya, H.Soeparno Zainil Abidin. dulu, sebelum dipercaya memegang jabatan Managing Director di perusahaan sang ayah, Nurdin dididik berdagang jas hujan secara asongan. "Kalau musim hujan, saya gelar dagangan. Atau, pas hujan, saya ajak teman, bawa sekardus jas hujan, saya tawarkan pada orang-orang yang sedang berteduh di halte. Beberapa kali laku juga karena belum ada pesaing. Keuntungan menjual jas hujan dikasih ke saya, modal pokoknya diminta Bapak lagi. Lumayanlah buat uang saku. Waktu itu, saya, kan, kuliah di dua tempat. Pagi di UGM, sore di IAIN Sunan Kaijaga."

Nurdin tak hanya memasarkan produknya secara online, tetapi juga lewat jaringan beberapa toko milik keluarganya, dan pelanggan lamanya yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk RCW, ia membuka kesempatan bagi kaum ibu yang ingin berbisnis dan mendapat penghasilan tambahan. Ibu-ibu di Denpasar dan Batam, kata Nurdin, sudah ada yang berjualan. Sistem pembayarannya kontan. "kalau belinya 5 karung, dapat diskon 5 persen. Harganya mulai Rp 380 ribu per lusin. Kalau jas hujan anak, separuhnya," kata Nurdin yang dalam waktu dekat akan memproduksi wadah tas dan sepatu agar terlindung dari air hujan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com