Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Geologi di Balik Daratan Terangkat

Kompas.com - 18/06/2008, 16:15 WIB

Gempa bumi dahsyat disusul gelombang tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam, Desember 2004, menyebabkan terangkatnya daratan di pesisir barat Pulau Simeulue. Tiga bulan kemudian, Maret 2005, gempa bumi yang lain menaikkan daratan di pesisir Pulau Nias 1 meter hingga 1,5 meter. Kenapa?

Oleh Gesit Ariyanto

SEPTEMBER 2007 giliran gempa bumi mengguncang Bengkulu. Gempa ini menyebabkan terangkatnya daratan Pulau Mega di Bengkulu hingga Pagai Selatan di Provinsi Sumatera Barat dengan ketinggian yang hampir sama dengan fenomena di Pulau Simeulue dan Nias.

Pada kunjungan bersama Tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara-Wanadri di Pulau Sibarubaru, Pagai Selatan, awal Juni 2008, Kompas melihat fenomena alam menakjubkan. Garis pantai maju ke arah laut hingga sekitar 500 meter dengan hamparan terumbu karang yang telah mati.

Daratan terangkat sekitar 1 meter dari sebelumnya. Di sela-sela karang mati itu mulai tumbuh tanaman bakau.

Menurut Komandan Operasi Tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara Haris Mulyadi, pemandangan serupa terlihat di Pulau Mega, Bengkulu. Ketinggian karang yang terangkat mencapai 1,5 meter, memajukan garis pantai ratusan meter.

Di dusun Lakau dan Limosua, Pagai Selatan, sekitar 40 menit perjalanan laut dari Pulau Sibarubaru, penduduk kesulitan merapatkan sampan akibat terangkatnya terumbu karang. Kenaikan daratan juga menyebabkan Sungai Lakau mendangkal.

Akibatnya, sungai tak lagi bisa dilewati perahu bermesin tempel seperti sebelumnya. Warga juga tak bisa lagi menjala ikan yang dulunya berkembang biak di sana.

Menurut warga, kedalaman sangai itu dulunya mencapai 2 meter. Kini kurang dari 1 meter.

Bagi pakar gempa dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Danny Hilman Natawidjaja, fenomena itu biasa dijelaskan secara geologi. Penelitiannya bersama peneliti dari California Institute of Technology menemukan lebih dari satu siklus gempa bumi di kepulauan itu, masing-masing tahun 1300, 1600-an, 1797, dan 1833.

Berdasarkan kajian siklus gempa di pulau-pulau barat Pulau Sumatera, terangkatnya daratan perlahan-lahan diikuti penurunan. Kisaran penurunannya antara 1 cm hingga 1,5 cm per tahun.

Mengacu siklus gempa yang telah terdeteksi, penurunan gempa akan mencapai titik jenuh dalam tempo 200 tahunan, dengan kisaran penurunan daratan (pulau) antara 2 meter hingga 3 meter.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com