Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eks Tapol Tuntut Pengadilan Soeharto

Kompas.com - 28/01/2008, 13:58 WIB

Laporan wartawan Kompas Aufrida Wismi Warastri

MEDAN, SENIN - Sejumlah mantan tahanan politik peristiwa 1965 meminta pemerintah mengadili pelaku kejahatan hak azasi manusia selama masa pemerintahan Orde Baru. Mereka bersaksi ratusan ribu rakyat di Sumatera Utara menjadi korban peristiwa 1965 dan terstigma sebagai PKI tanpa pengadilan.

Para mantan tahanan politik bersama 22 perwakilan ornop di Sumut juga menyatakan menolak instruksi presiden yang menetapkan tujuh hari masa berkabung nasional atas meninggalnya mantan Presiden HM Soeharto. Mereka menganggap Soeharto sebagai penjahat kemanusiaan.

Eddy Sartimin (71), mantan tentara Angkatan Darat dengan pangkat terakhir Kopral Kepala, Senin (28/1) menuturkan, setelah 11 tahun dipenjara, keluarganya tidak mau lagi menerima dirinya. Stigma PKI begitu menyakitkan. ”Anak saya sampai mengatakan lebih baik punya ayah durhaka daripada punya ayah PKI,” tutur Eddy. Bersama 79 teman sebatalyon Para, dia ditangkap tanpa pengadilan.

Eddy bersaksi bersama rekan-rekannya disiksa. Bahkan seorang temannya menggantung diri di sel karena tak tahan. Mereka yang keluar sel diminta bungkam tidak membicarakan apa yang terjadi dalam tahanan.  

Sedangkan Jiman Karo Karo (76) mantan anggota DPRD Dairi dan mantan Kepala Penerangan Kabupaten Dairi mendekam di penjara selama 20 tahun. Jiman bersaksi ratusan temannya dibunuh. ”Korban-korban dibuang di Sungai Ular, (Deli Serdang),” kata Jiman. 

Humala Sitompul (76) yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Cabang PKI Kota Medan menambahkan bahwa sejarah harus diluruskan, siapa sebenarnya dalang kudeta 1965. Ia sendiri dipenjara selama 14 tahun.

”Soeharto tidak pernah meminta maaf, mengapa kami harus memaafkan dia. Kalau dia minta maaf, baru kami bisa memaafkan,” kata Humala. Secara fisik, lanjut Humala, ia mengaku tidak mengalami banyak siksaan, namun siksaan batin yang justru didapat.

”Hukuman jera harus dilakukan, jangan sampai presiden berikutnya melakukan apa yang Soeharto lakukan pada rakyat,” tutur Humala.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com