JAKARTA, KOMPAS.com - Situasi mencekam menyelimuti warga di pegunungan Kendeng, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Jumat (10/2/2017).
Kondisi berubah mencekam setelah peristiwa pembakaran tenda simbol penolakan terhadap pabrik semen di desa tersebut.
Pengacara publik dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) sekaligus pendamping warga, Muhammad Isnur, mengatakan, saat ini warga sangat ketakutan dan tidak leluasa untuk berpergian.
Intimidasi dari kelompok yang mendukung pabrik semen pun kerap diterima oleh petani Kendeng.
"Kondisi terakhir sangat mencekam, warga tidak bisa kemana-mana," ujar Isnur saat ditemui di kantor Ombudsman RI, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (14/2/2017).
(Baca: Warga Kendeng Tunggu Putusan Kasasi Izin Pendirian Pabrik Semen di Pati)
Isnur menuturkan, pendirian tenda oleh petani Kendeng di pintu masuk pabrik merupakan simbol penolakan.
Sebab, pabrik semen tersebut masih terus beroperasi kendati putusan Mahkamah Agung memenangkan gugatan petani pegunungan Kendeng dan Yayasan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) terhadap PT Semen Indonesia.
Artinya izin operasi dicabut dan kegiatan penambangan harus dihentikan. Aksi penolakan oleh para petani Kendeng tersebut telah berlangsung selama tiga tahun.
"Warga ini gregetan, hukum tidak dihormati. Minta Pemda menutup pabrik juga tidak dilakukan. Secara simbolik mereka menutup jalan akses ke pabrik semen. Warga mendirikan tenda dan mushala selama tiga tahun di sana, sekarang dibakar. Ada preman juga yang lakukan intimidasi," kata Isnur.
Setelah kejadian tersebut, kata Isnur, pihak LBH akan terus mengawal proses hukum kasus pembakaran di Kepolisian Resort Rembang.
Alat bukti berupa rekaman video dan foto pada saat pembakaran pun rencananya akan diserahkan ke kepolisian.
"Di lapangan juga ada upaya memecah belah warga. Kami takutnya justru ada konflik horizontal," ujarnya.
Peristiwa pembakaran tenda petani Kendeng terjadi pada Jumat (10/2/2017) malam.
(Baca: Warga Gunung Kendeng Kirim Surat kepada Jokowi, Apa Isinya?)
Dikutip dari keterangan tertulis Jaringan Masyarakat Peduli Pengunungan Kendeng (JMPPK), pembakaran diduga dilakukan oleh oknum pabrik PT Semen Indonesia.
Koordinator JMPPK Joko Prianto mengungkapkan sekitar pukul 19:50 WIB 50-an orang pekerja pabrik semen mendatangi lokasi tenda pejuangan yang berada dekat pintu masuk menuju pabrik PT Semen Indonesia.
Setelah itu warga yang berada di dalam tenda keluar, karena adanya ancaman untuk merobohkan tenda dan membakarnya dengan alasan mengganggu pekerja pabrik. Kemudian mereka membongkar tenda dan mushala semi-permanen milik petani Kendeng.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.