JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Tim Monitoring Pilkada Serentak 2017 Kementerian Dalam Negeri, Hariyadi mengatakan, semarak pilkada di sebagian besar daerah yang menggelar pesta demokrasi lokal itu tak terasa.
Padahal pemungutan suara bakal digelar kurang dari dua bulan.
"Demam Ahok (Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama) itu hanya di Jakarta. Di beberapa daerah situasinya adem ayem, hampir tidak ada gregetnya," kata Hariyadi di kompleks Kementerian Dalam Negeri, Jakarta, Kamis (22/12/2016).
Menurut Hariyadi, di sejumlah daerah pemberitaan media terkait pilkada sangat sepi. Bahkan terkesan perhelatan demokrasi lima tahunan itu tak pernah ada.
Bahkan, mayoritas masyarakat pemilih di 7 provinsi, 76 kabupaten, dan 18 kota cenderung tak acuh.
"Lebih banyak daerah yang sepi. Lebih dari separuh, bahkan mungkin sekitar 80 persen sepi misalnya. Artinya biasa saja hampir tidak ada sesuatu," ujar Hariyadi.
Hariyadi mencontohkan, semarak Pilkada Provinsi Banten tidak terlalu signifikan. Padahal, kata dia, salah satu calon terkait dengan politik dinasti.
Selain itu, lanjut Hariyadi, Pilkada Kabupaten Mesuji juga terlihat lesu. Daerah tersebut menjadi salah satu dengan tingkat kerawanan konflik yang tinggi.
"Kecuali Pilkada Provinsi Bangka Belitung, media mainstream-nya gencar sekali dan bahkan beberapa koran menyediakan kolom advetorial di samping kolom khusus pilkada. Itu menjadikan Pilkada tampak ada," ucap Hariyadi.