JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro mengatakan, terdapat keinginan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk mengusung kader sendiri dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
Hal ini menyangkut posisi PDI-P yang memiliki kesempatan untuk mengusung kader dengan perolehan kursi lebih banyak dibanding tiga partai pengusung calon gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"DKI 1 harus dari PDI-P. Kalau di 2014, dia (PDI-P) percaya diri usung Jokowi. Saat itu dia bukan pemenang pemilu nasional maupun provinsi. Apalagi sekarang punya 28 kursi," kata Siti saat dihubungi Kompas.com, Rabu (31/8/2016).
Menurut Siti, PDI-P dapat diprediksi tidak memberikan dukungan kepada Ahok. Menurut dia, dalam beberapa waktu belakangan ini terjadi pembiaran kader PDI-P yang menolak mendukung Ahok.
Pelaksana tugas Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta Bambang D.H sebelumnya meminta kader PDI-P di Jakarta tidak ragu menyuarakan penolakan terhadap Ahok.
Bambang mengatakan itu mengacu kepada hasil reses anggota DPRD DKI yang menyimpulkan warga Jakarta tidak ingin dipimpin figur yang arogan.
Selain itu, beredar sebuah video berdurasi 32 detik yang menggambarkan kader PDI-P menyanyikan yel penolakan terhadap Ahok di media sosial.
Ada beberapa kader PDI-P yang terlihat dalam video tersebut, seperti anggota DPRD DKI Jakarta Merry Hotma, Ketua DPRD DKI Jakarta sekaligus Sekretaris DPD PDI-P DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta Bambang DH, dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) dari PDI-P DKI Jakarta Gembong Warsono.
"Pra-kondisi sudah terbaca kalau mendukung (Ahok) tidak seperti sekarang, pembiaran betul," ucap Siti.
Terkait kader yang akan didukung, Siti menyebut para elit PDI-P masih mempertimbangkan beberapa nama. Nama itu seperti Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Wakil Gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
"Ada banyak stok. Mengapa dibanding Djarot, animo masyarakat lebih ke Risma. Itu jadi pertimbangan para elite," ujar Siti.