JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi III DPR Masinton Pasaribu memaklumi pernyataan yang dilontarkan Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Panca Marga, Abraham Lunggana alias Lulung.
Lulung sebelumnya menyebut ada andil negara komunis dan kapitalis di balik kejatuhan rezim pemerintahan Soeharto.
"Memang enggak paham sejarah dia, he-he-he.... Dia tidak memahami terminologi komunis maupun kapitalis," kata Masinton di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (2/6/2016).
Politisi PDI Perjuangan itu menegaskan, kejatuhan Soeharto karena maraknya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang terjadi saat itu. Di samping wewenang sentralistik yang melahirkan ketidakpuasan dan protes dari rakyat.
"Protes terhadap rezim Orba dipelopori oleh kalangan terdidik, yakni mahasiswa," ujarnya.
Masinton pun secara tegas menolak jika pergerakan masyarakat yang dipelopori mahasiswa saat itu ditunggangi oleh kepentingan asing, terlebih negara-negara komunis maupun kapitalis. (Lipsus: 18 Tahun Reformasi)
"Penggunaan idiom kapitalis dan komunis yang dituduhkan oleh Lulung tidak ada relevansinya. Dan menegaskan gagal pahamnya Lulung yang tidak memahami idiom komunisme dan kapitalisme," ucapnya.
Dalam acara Simposium Anti-Partai Komunis Indonesia (PKI) yang diselenggarakan di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (1/6/2016), Lulung menyebut kejatuhan Presiden Soeharto karena peran kelompok komunis.
(Baca: Lulung Sebut Kejatuhan Soeharto Dikendalikan Kelompok Komunis)
"Berhentinya Pak Soeharto merupakan kehilangan bangsa Indonesia," ujar Lulung.
"Karena berhentinya Pak Soeharto merupakan keinginan kelompok-kelompok masyarakat yang mengatasnamakan bangsa Indonesia, tetapi dikendalikan negara kapitalis dan komunis," kata bakal calon gubernur DKI itu.