Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/04/2016, 06:15 WIB

Jumat, 15 April 2016, di suatu tempat tidak jauh dari Istana Merdeka, Jakarta, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani (43) berbincang dengan Bendahara Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Olly Dondokambey (Gubernur Sulawesi Utara) dan seorang wartawan tentang berbagai hal.

Beberapa kalimat yang meluncur dari Puan Maharani saat itu antara lain berbunyi, "Saya koq disebut tuan putri atau ndoro putri, ya? Padahal saya bekerja dengan keringat dan air mata. Tahun 2014, saya ketua badan pemenangan Pemilu Nasional Pileg dan Pilpres 2014. Tahun 2013, saya ketua pemenangan Pilkada Jawa Tengah 2013 yang memenangkan Ganjar Pranowo. Ketika masa kampanye Pilpres 2014, saya berjalan 10 hari ke beberapa wilayah Indonesia bagian timur."

Puan Maharani adalah cucu Presiden pertama RI, Ir Soekarno. Dia putri Presiden ke-5 RI dan Wakil Presiden ke-8 RI Megawati Soekarnoputri. Ayahnya, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (2009- 2013) almarhum Taufiq Kiemas.

Menurut mantan Bendahara Umum PDI-P Noviantika Nasution, Puan sejak kecil sudah mengenal apa itu politik karena dilahirkan keluarga politisi.

"Sekarang Bu Puan tentu sudah ada di posisi sangat matang karena telah melewati jenjang politik formal, pernah jadi Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI-P bidang Perempuan dan Anak, Ketua DPP PDI-P bidang Hubungan Antar-Lembaga, Ketua Fraksi PDI-P di DPR, dan kini di eksekutif," catat Noviantika.

Ada lagi beberapa komentar dan peristiwa tentang Puan Maharani. Ketika memperkenalkan para menteri Kabinet Kerja di halaman istana, Jakarta, Minggu 26 Oktober 2014, Presiden Joko Widodo menyebut Puan sebagai panglima.

"Bu Puan politisi, kaya pengalaman, panglima politik di tahun 2014, selain itu berpengalaman dalam kegiatan sosial dan rakyat kecil," kata Jokowi.

Dua pekan setelah pelantikan Kabinet Kerja, di kediamannya di Jalan Dharmawangsa, Jakarta, Wakil Presiden Jusuf Kalla antara lain mengatakan, Puan adalah salah satu menteri terbaik.

Dalam sambutan penuh gurau pada acara Hari Pers Nasional 2016 di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Februari lalu, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Margiono antara lain mengatakan, sebelum jadi presiden, jika ditanya apakah akan mencalonkan presiden, Jokowi selalu mengatakan, "Ndak mikir".

Lanjut Margiono, "Ndak mikir saja jadi presiden, apalagi mikir."

Ketika ditanya tentang perombakan kabinet tahun 2015, Jokowi juga bilang ndak mikir. Dua pekan kemudian, kata Margiono, Jokowi mengganti lima menterinya.

"Nggak mikir aja lima menteri diganti, apalagi kalau mikir, abis semua," ujarnya.

Setelah melihat Puan, Margiono mengatakan, "Kecuali Bu Puan, kalau Bu Puan saya kira tidak."

Saat Margiono memberikan sambutan itu, Presiden mengatakan, "Kalau sekarang saya ditanya, baru sedang mikir."

Bagaimana setelah Presiden tiba di Jakarta sepulang dari Eropa hari Sabtu (23/4)? Tentu berpikir keras soal perombakan kabinet.

Noviantika Nasution, di Jakarta, Sabtu lalu, mengatakan, "bu Puan bisa menjadi jembatan penghubung antara istana dan PDI-P/Teuku Umar." (J Osdar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com