KOMPAS.com — Pada hari ke-21 pemerintahannya, Minggu (9/11/2014), Presiden Joko Widodo tiba di Beijing, Tiongkok, untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC). Saat itu adalah kunjungan pertama Jokowi ke luar negeri sebagai Presiden.
Kegiatan Presiden saat itu melakukan pembicaran bilateral dengan tuan rumah KTT APEC 2014, Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping.
Dalam pertemuan dengan Xi Jinping, Presiden Jokowi menekankan peluang kerja sama dengan Tiongkok dalam membangun infastruktur di Indonesia. Di samping itu, Jokowi menyampaikan rencana Indonesia untuk bergabung sebagai anggota Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).
Jokowi dan Xi Jinping juga menyoroti agenda maritim RI serta gagasan jalur sutra maritim yang digagas Tiongkok. [Baca: Ini yang Dibahas Jokowi dengan Presiden Tiongkok]
Hari itu, Jokowi juga berbicara di hadapan perwakilan pimpinan negara-negara Asia Pasifik. Jokowi menerangkan program-program kerjanya, yang akan dilakukan, seperti pencabutan subsidi BBM untuk kegiatan yang lebih produktif, pembangunan tol laut, serta menjanjikan kemudahan dalam mengurus izin usaha.
Pada akhir pidato, Jokowi mengajak semua negara Asia Pasifik untuk datang dan menanamkan modalnya di Indonesia. (Baca: Gunakan Bahasa Inggris, Presentasi Jokowi di KTT APEC Diunggah ke YouTube)
Pidato Jokowi dalam bahasa Inggris berlogat Jawa secara spontan sambil menjelaskan data menggunakan slide presentasi itu sempat menjadi pembicaraan di internet. Ada yang memuji, ada yang mengkritik. [Baca: Joko Widodo dan Si Sirik]
Di dalam negeri, polemik dualisme kepengurusan PPP masih bergulir. PPP kubu Suryadharma Ali membentuk pengurus baru. Djan Faridz menjadi Ketua Umum PPP. (Baca: PPP Bentuk Pengurus Baru, Istri Suryadharma Jadi Waketum)
Djan Faridz menuntut pemerintahan Presiden Joko Widodo segera mencabut keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang mengesahkan pengurus PPP pimpinan Romahurmuziy. (Baca: PPP Kubu Djan Faridz Tuntut Menhuk dan HAM Cabut SK)