Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puan: Jangan Salahkan Politik Dinasti, tetapi...

Kompas.com - 17/10/2013, 09:34 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani mengatakan, politik dinasti tidak perlu dipermasalahkan. Tetapi, yang harus dikritisi adalah bagaimana potensi orang-orang di dalamnya yang menjabat.

"Harusnya jangan kemudian yang dipermasalahkan itu adalah politik dinastinya. Tapi, bagaimana kapabilitas, kredibilitas, serta potensi dari orang-orang yang kebetulan menjadi salah satu anggota keluarga dari seseorang yang saat ini menjadi kepala daerah atau pimpinan partai," kata Puan di Hotel JW Luwansa, Kuningan, Jakarta, Rabu (16/10/2013) malam.

Menurut Puan, rakyat sudah bisa memilih dengan benar dan tak bisa dibohongi. Mereka harus melihat rekam jejak dari salah satu anggota keluarga yang hendak menjabat di daerah maupun partai.

"Keterpilihan mereka kalau sesuai aturan dan mekanismenya harusnya dilihat rekam jejaknya," katanya.

Anak Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri ini mengatakan, seseorang harus dilihat mulai dari sejak kapan dan mengapa bisa terjun ke dunia politik, kemudian mendapat posisi di pemerintahan maupun partai. Jangan sampai seseorang yang memiliki potensi bagus gagal mencalonkan diri karena diketahui masih ada hubungan keluarga atau sanak saudara dengan pejabat daerah itu.

"Kalau memang dari dulu di situ kenapa enggak boleh maju, kecuali ujug-ujug ada di situ, itu yang harus kita pertanyakan apa maksudnya," ujarnya.

Politik dinasti kembali mencuat ketika adik Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, yakni Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, ditangkap KPK. Tubagus menjadi tersangka kasus dugaan suap pengurusan sengketa pemilihan kepala daerah di Lebak, Banten.

Untuk mencegah politik dinasti, dalam Pasal 12 Huruf (p) RUU Pilkada yang disusun pemerintah disebutkan, calon gubernur tidak boleh memiliki ikatan perkawinan, garis keturunan lurus ke atas, ke bawah, dan ke samping dengan gubernur, kecuali ada selang waktu minimal satu tahun. Sementara itu, dalam Pasal 70 Huruf (p) disebutkan, calon bupati tidak mempunyai ikatan perkawinan, garis keturunan lurus ke atas, ke bawah, dan ke samping dengan gubernur dan bupati/wali kota, kecuali ada selang waktu minimal satu masa jabatan.

Menyikapi fenomena dinasti politik yang kembali menjadi sorotan, Komisi II DPR RI tengah merumuskan aturan main yang jelas terkait politik dinasti tersebut. Aturan main akan diperketat agar calon petahana tak seenaknya mengusungkan calon. Namun, di sisi lain, juga perlu ada landasan kuat agar tak terjadi pelanggaran pada hak konstitusi dan tak mudah kalah saat digugat ke MK.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Serangan Balik Hasto PDI-P Setelah Ponsel Disita, Laporkan Penyidik KPK ke Dewas

Serangan Balik Hasto PDI-P Setelah Ponsel Disita, Laporkan Penyidik KPK ke Dewas

Nasional
Kubu SYL Hadirkan Ahli Pidana dalam Sidang Hari Ini

Kubu SYL Hadirkan Ahli Pidana dalam Sidang Hari Ini

Nasional
Belum Tentukan Dukungan pada Pilkada Jakarta, Jabar, Jateng, AHY: Perlu Waktu

Belum Tentukan Dukungan pada Pilkada Jakarta, Jabar, Jateng, AHY: Perlu Waktu

Nasional
Keberangkatan Haji Indonesia Selesai, 45 Calon Jemaah Batal ke Tanah Suci

Keberangkatan Haji Indonesia Selesai, 45 Calon Jemaah Batal ke Tanah Suci

Nasional
DK PBB Setujui Resolusi Gencatan Senjata Palestina-Israel, Indonesia: Penting untuk Hentikan Kekejaman

DK PBB Setujui Resolusi Gencatan Senjata Palestina-Israel, Indonesia: Penting untuk Hentikan Kekejaman

Nasional
Timnas Lolos ke Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Erick Thohir Sebut Harus Kuat Fisik dan Mental

Timnas Lolos ke Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Erick Thohir Sebut Harus Kuat Fisik dan Mental

Nasional
Jokowi: Kita Semakin Dekat dengan Impian Bermain di Piala Dunia

Jokowi: Kita Semakin Dekat dengan Impian Bermain di Piala Dunia

Nasional
AHY Sebut SBY Ikut Pertimbangkan Calon Kepala Daerah dari Demokrat

AHY Sebut SBY Ikut Pertimbangkan Calon Kepala Daerah dari Demokrat

Nasional
KPK Ungkap Anggaran Pendidikan Lebih Banyak Mengalir ke Kampus Milik Instansi Pemerintah Dibanding PTN

KPK Ungkap Anggaran Pendidikan Lebih Banyak Mengalir ke Kampus Milik Instansi Pemerintah Dibanding PTN

Nasional
Langkah Menyelamatkan PPP Kembali Masuk ke Parlemen

Langkah Menyelamatkan PPP Kembali Masuk ke Parlemen

Nasional
KPU Bersiap Gelar PSU Usai Kalah Sengketa pada 20 Gugatan di MK

KPU Bersiap Gelar PSU Usai Kalah Sengketa pada 20 Gugatan di MK

Nasional
[POPULER NASIONAL] Akhir 31 Tahun PPP di Senayan | Edy Rahmayadi Tak Takut Hadapi Mantu Jokowi

[POPULER NASIONAL] Akhir 31 Tahun PPP di Senayan | Edy Rahmayadi Tak Takut Hadapi Mantu Jokowi

Nasional
Daftar 20 Pemungutan Suara Ulang yang Diperintahkan MK

Daftar 20 Pemungutan Suara Ulang yang Diperintahkan MK

Nasional
Sandiaga Uno dan Kegagalan PPP Lolos ke Parlemen, “Bukan Saatnya Cari Biang Kerok”

Sandiaga Uno dan Kegagalan PPP Lolos ke Parlemen, “Bukan Saatnya Cari Biang Kerok”

Nasional
Setelah Periksa Hasto PDI-P, KPK Harap Dapat Tangkap Harun Masiku dalam Satu Pekan

Setelah Periksa Hasto PDI-P, KPK Harap Dapat Tangkap Harun Masiku dalam Satu Pekan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com