PERADABAN manusia dibangun oleh seseorang yang menghasilkan jejak. Jejak ini yang kemudian bisa dipelajari hari ini pola dan metodenya.
Sehingga dari jejak tersebut manusia saat ini bisa melipat waktu untuk menguasainya, tanpa harus langsung mengalami proses panjang sebagaimana generasi sebelumnya.
Setiap jejak yang telah menghasilkan pola dan model, yang kemudian setiap lempengan sejarahnya, diperbaiki dari hari ke hari untuk menemukan yang terbaik dari perspektif keberlanjutan kemanusiaan.
Maka dari itu jangan heran jika apa yang kita lakukan hari ini, sebetulnya didasarkan pada beragam pengalaman masa lalu yang kemudian diperbaiki agar menemukan efisiensi dan kebaikan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
Apa yang dilakukan oleh Nabi Adam AS sampai Nabi Isa AS dan Nabi Muhammad SAW, juga orang-orang besar lainnya, selalu mengerucut kepada dua hal: memastikan keberlanjutan tatanan sosial, serta menjaga dari perilaku destruktif orang-orang yang justru berpotensi mematahkan peradaban.
Demokrasi, misalnya, sejak dirumuskan sebagai dasar dari tata kelola kehidupan manusia bernegara, merupakan kumpulan dari rekaman sejarah bagaimana manusia membangun, mengembangkan dan merawat kekuasaan untuk mencapai kehidupan bersama yang lebih baik.
Selain itu, demokrasi juga merupakan sistem yang memastikan bahwa dengan kekuasaan yang digenggam itu, peradaban bisa dilanjutkan antargenerasi.
Di antara nilai-nilai demokrasi adalah mengembangkan jejak-jejak baik dalam kehidupan sehari-hari, yang kemudian ditabung menjadi beragam prestasi.
Tapak ini kemudian bisa diandalkan untuk proses menjadi seorang pemimpin masyarakat banyak, beragam latar belakang dan kepentingan, yang terhimpun dalam sebuah kata bangsa.
Bangsa bukan hanya sekumpulan orang yang karena kekuasaan, kemudian mendesain seenaknya masa depan masyarakat.
Bangsa adalah imajinasi ideal di mana setiap orang bisa berhimpun dan memiliki ruang dan kesempatan yang sama untuk menjadi seseorang. Inilah yang kemudian disebut sebagai merit sistem, di mana setiap orang berkesempatan sama untuk menemukan kesejatian hidupnya.
Namun hari ini, kita justru dihadapkan pada persoalan esensial dari kata bangsa dan demokrasi yang sudah lama dijadikan pijakan berkehidupan ini.
Persoalan ini muncul karena esensi dari berkebangsaan dan berdemokrasi hancur berantakan karena ketidak-adaan merit sistem tersebut.
Kehancuran terjadi karena mereka yang mendapatkan kekuasaan, malah menggunakan amanah rakyat ini untuk memuluskan kepentingan sekumpulan kecil orang yang “haus” untuk terus menggenggam kekuasaan.
Akibatnya, mereka yang menapaki alur karier kehidupan dari bawah melalui suatu kompetisi yang adil harus melongo mengingat ada orang-orang yang bukan hanya diberikan kartu pass dan jalan tol kosong, tetapi bahkan juga karpet merah.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.