JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Nusakom Pratama Institute, Ari Junaedi, menduga, hanya akan ada tiga koalisi partai politik jika Partai Demokrat mendukung bakal calon presiden (capres) Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto.
Ini mengingat waktu pendaftaran pasangan capres-calon wakil presiden (cawapres) Pemilu 2024 kurang dari sebulan lagi.
“Jika melihat durasi waktu yang tersisa dan konstelasi koalisi yang ada, hampir dipastikan hanya akan ada tiga pasang capres-cawapres yang berlaga,” kata Ari kepada Kompas.com, Senin (18/9/2023).
Baca juga: Alasan Demokrat Pilih Dukung Prabowo di Pilpres 2024...
Sebelummya, kata Ari, ketika Demokrat memutuskan hengkang dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan dan mencabut dukungan dari Anies Baswedan, terbuka peluang terbentuknya koalisi baru.
Demokrat mungkin berkoalisi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) jika bersikukuh mengajukan ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sebagai cawapres.
Sementara, PPP bisa saja menyodorkan nama Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) partainya, Sandiaga Uno, sebagai calon RI-1.
Kerja sama kedua partai bakal memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold seandainya didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang kala itu belum menegaskan arah dukungan.
Baca juga: SBY Melukis Langkah Demokrat: Kecewa Nasdem dan Anies, Kini Dukung Prabowo
Namun, belakangan, PKS telah memutuskan tetap berada di Koalisi Perubahan untuk Persatuan, mendukung bakal capres-cawapres, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
PPP juga tetap berdiri di gerbong koalisi PDI Perjuangan mendukung pencapresan Ganjar Pranowo.
Oleh karenanya, jika Demokrat merapat ke Koalisi Indonesia Maju mendukung pencapresan Prabowo, dipastikan hanya akan ada tiga poros politik pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.
“Mungkin saja tawaran dari Gerindra buat Demokrat jauh lebih jelas dan lebih menarik,” ujar Ari.
Seandainya Demokrat mendukung Prabowo, maka, Koalisi Indonesia Maju menjadi gerbong tergemuk dengan dukungan empat partai politik Parlemen.
Namun, menurut Ari, padatnya koalisi partai politik tak menjadi jaminan kemenangan.
“Dalam kontestasi pilpres, tidak selalu linear antara kemenangan dengan jumlah banyaknya partai dalam koalisi,” katanya.
Ari menyebut, semakin gemuk koalisi, justru semakin rumit membangun koordinasi antarpartai politik. Baik itu untuk menentukan cawapres, maupun ketika mempersiapkan kampanye.
Baca juga: Demokrat Dukung Prabowo, Cak Imin Sebut Koalisi Indonesia Maju Makin Kokoh
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.