Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/07/2023, 21:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) melakukan reshuffle terhadap kabinetnya pada 17 Juli 2023.  Dalam reshuffle kali ini, posisi Menteri Komunikasi dan Informatika, beberapa posisi wakil menteri, dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden menjadi sasaran perombakan.

Ada satu hal yang menarik, Presiden kembali mengangkat Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Amerika Serikat (AS) pada posisi eksekutif di kabinetnya. Rosan Perkasa Roeslani ditarik posnya di Washington DC untuk posisi Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II, bersama dengan Kartika Wirjoatmodjo selaku Wakil Menteri BUMN I.

Selama empat tahun terakhir, Presiden telah mengangkat dua pendahulu Rosan sebagai menteri ataupun wakil menteri dalam kabinetnya. Pertama, Mahendra Siregar (Januari 2019-Oktober 2019) menjadi Wakil Menteri Luar Negeri, kemudian Muhammad Lutfi (September 2020-Desember 2020) menjadi Menteri Perdagangan.

Baca juga: Pengamat: Ada Jejak Bayangan Erick Thohir pada Reshuffle Terkini Jokowi

Ketiganya (Mahendra, Lutfi, dan Rosan), hanya menjabat di Washington kurang dari dua tahun; sebuah tradisi yang tidak pernah terjadi sebelumnya, bahkan dalam sejarah diplomasi Indonesia.

Rosan disumpah sebagai dubes pada Oktober 2021. Dia lalu menyerahkan surat-surat kepercayaan kepada Presiden AS, Joe Biden, pada Januari 2022.

Jika melihat sejarah hubungan diplomatik Indonesia dan AS selama ini, pos jabatan Kepala Perwakilan RI di Washington merupakan posisi yang 'stabil'. Artinya, para duta besar rata-rata menjabat tak kurang dari dua atau tiga tahun.

Mereka yang kemudian diangkat oleh Presiden pada posisi eksekutif juga merampungkan jabatan sebagai dubes dalam waktu yang cukup, semisal Profesor Dorodjatun Kuntjoro-Jakti (1998-2001) yang diangkat Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian di Kabinet Gotong Royong, ataupun Dino Patti Djalal (2010-2013) yang ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di penghujung masa jabatannya sebagai Wakil Menteri Luar Negeri.

Di masa Orde Baru, Presiden Soeharto menarik Jenderal Soesilo Soedarman (1986-1988) dari posnya di Washington ke Jakarta untuk dilantik sebagai Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi pada Kabinet Pembangunan ke-V.

Dua Sisi Sudut Pandang

Hattrick penarikan beruntun Dubes RI untuk AS sepanjang empat tahun terakhir setidaknya menimbulkan dua pandangan. Pertama, jabatan di pos Washington dilihat sebagai batu loncatan. Mereka yang duduk pada jabatan Dubes RI untuk AS merupakan orang-orang pilihan, "the President's Man", yang kemudian hanya tinggal menunggu waktu untuk diangkat pada posisi-posisi kunci di Republik ini.

Hal itu berkebalikan dengan anggapan umum di masa lalu bahwa pos dubes adalah jabatan final untuk para mantan dan purnawira. Dulu dikenal istilah 'di-dubes-kan'.

Pengangkatan duta dan konsul memang menjadi hak prerogatif presiden, dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kedua, rangkaian penarikan tersebut menimbulkan persepsi bahwa kurang ada perhatian serius pemimpin negara terhadap hubungan state-to-state antara Indonesia dan AS. Hubungan Indonesia-AS dianggap akan berjalan secara normal, otomatis, business-as-usual, meski sering terjadi turbulensi penarikan kepala perwakilan kita di Washington.

Hal ini tidak terjadi di sisi AS, yang berupaya menjaga ritme dan keberlanjutan kepemimpinan kepala perwakilan mereka di Jakarta selama ini.

Tradisi mengangkat dubes sebagai menteri oleh para presiden terdahulu juga banyak terjadi sebelumnya. Laporan khusus harian Kompas pada 25 Oktober 2019 mencatat, setidaknya sejak Kabinet Gotong-Royong (2001-2004), dalam tiap kabinet pasti terdapat dubes yang diangkat sebagai menteri.

Namun, penarikan yang terlalu rutin pada satu negara akreditasi berpotensi menjadikan kerja-kerja diplomasi di negara tersebut menjadi kurang efektif. Tak bisa dipungkiri, proses pengangkatan dubes di Tanah Air bukanlah kerja sebentar nan sederhana, mulai dari pengusulan nama dubes oleh Presiden kepada DPR hingga penyerahan surat-surat kepercayaan kepada kepala negara akreditasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Pasal Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden Bisa Berubah jika Pemerintah dan Mayoritas Fraksi Konsisten Tolak

Pasal Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden Bisa Berubah jika Pemerintah dan Mayoritas Fraksi Konsisten Tolak

Nasional
Blusukan di Gang Cempaka Putih, Gibran Diajak Warga 'Selfie'

Blusukan di Gang Cempaka Putih, Gibran Diajak Warga "Selfie"

Nasional
Bareskrim Razia Tempat Hiburan Malam di Bandung, 3 Orang Positif Narkoba Ditangkap

Bareskrim Razia Tempat Hiburan Malam di Bandung, 3 Orang Positif Narkoba Ditangkap

Nasional
Eks Wamenkumham Eddy Hiariej Diduga Terima Rp 8 Miliar, Disebut Mafia Hukum oleh KPK

Eks Wamenkumham Eddy Hiariej Diduga Terima Rp 8 Miliar, Disebut Mafia Hukum oleh KPK

Nasional
Desak Capres-Cawapres Mundur dari Jabatan Publik, Iluni FHUI: Hindari Konflik Kepentingan

Desak Capres-Cawapres Mundur dari Jabatan Publik, Iluni FHUI: Hindari Konflik Kepentingan

Nasional
Debat Disebut Ajang Uji Program Capres-Cawapres, Pemilih Diminta Cermat

Debat Disebut Ajang Uji Program Capres-Cawapres, Pemilih Diminta Cermat

Nasional
Sambil Kampanye, Anies Nostalgia Beli Jajanan di Pasar Kepuk Kuningan

Sambil Kampanye, Anies Nostalgia Beli Jajanan di Pasar Kepuk Kuningan

Nasional
Sejumlah Buruh Pelabuhan di Cilincing Deklarasikan Dukungan ke Prabowo-Gibran

Sejumlah Buruh Pelabuhan di Cilincing Deklarasikan Dukungan ke Prabowo-Gibran

Nasional
Ajak Warga Gotong Royong Bersihkan Kawasan Rusun Cilincing, Gibran: Enggak Usah Nunggu Menang Pemilu

Ajak Warga Gotong Royong Bersihkan Kawasan Rusun Cilincing, Gibran: Enggak Usah Nunggu Menang Pemilu

Nasional
Kampanye di Rusun Cilincing, Gibran Bagi-bagi Buku Tulis dan Susu

Kampanye di Rusun Cilincing, Gibran Bagi-bagi Buku Tulis dan Susu

Nasional
Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Diduga Terima Gratifikasi Lewat Perusahaan Jual Beli Moge

Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Diduga Terima Gratifikasi Lewat Perusahaan Jual Beli Moge

Nasional
Ungkap Alasan Pilih Ganjar-Mahfud, Jubir Muda TPN: Orang Biasa, Enggak Ada 'Privilege'

Ungkap Alasan Pilih Ganjar-Mahfud, Jubir Muda TPN: Orang Biasa, Enggak Ada "Privilege"

Nasional
Hari Ke-12 Kampanye, Anies Safari ke Kuningan, Cirebon, dan Indramayu

Hari Ke-12 Kampanye, Anies Safari ke Kuningan, Cirebon, dan Indramayu

Nasional
Wacana Penghapusan Saling Sanggah di Debat Capres: Diusulkan TKN Prabowo, Ditolak Kubu Ganjar dan Anies

Wacana Penghapusan Saling Sanggah di Debat Capres: Diusulkan TKN Prabowo, Ditolak Kubu Ganjar dan Anies

Nasional
Soal Kunjungan ke IKN, Cak Imin: Saya Pengin, tetapi...

Soal Kunjungan ke IKN, Cak Imin: Saya Pengin, tetapi...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com