Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Raker Tertutup dengan DPR, Kemenhan Ajukan Anggaran 2024 Rp 350 Triliun

Kompas.com - 07/06/2023, 20:25 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) M Herindra mengatakan, Kementerian Pertahanan (Kemhan) mengajukan anggaran sebesar Rp 350 triliun pada pagu indikatif tahun anggaran (TA) 2024.

Hal tersebut dikatkan Wamenhan saat menghadiri rapat kerja (raker) tertutup Kemenhan bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD), TNI Angkatan Laut (AL), dan TNI Angkatan Udara (AU) dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) di Jakarta, Rabu (7/6/2023).

"Yang dibahas hari ini soal anggaran yang akan kami terima pada 2024, khususnya untuk Kemenhan dan TNI. Kami mengajukan rencana kebutuhan sebesar Rp 350 sekian triliun," katanya dalam siaran persnya, Rabu.

Herindra menjelaskan, pagu indikatif yang diberikan kepada Kemenhan pada 2024 sebesar Rp 123 triliun. Namun, jumlah ini akan dibagi untuk Kemenhan, Markas Besar (Mabes) TNI, TNI AD, TNI AL, dan TNI AU.

Herindra menyebutkan, realisasi penyerapan anggaran Kemenhan selama ini sudah mencapai 90 persen.

Baca juga: Soal Draf Revisi UU TNI, Pengamat: Anggaran Pertahanan Harus Dipisah antara Kemenhan dan TNI

"Penyerapan anggaran kami kalau yang sudah-sudah cukup bagus, yakni di atas 90 persen semuanya," katanya.

Oleh karena itu, kata Herindara, Kemenhan akan terus berupaya melakukan kekuatan pokok minimum (MEF) untuk mempercepat proses modernisasi alat utama sistem pertahanan Indonesia.

Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) M Herindra saat ditemui usai rapat dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (7/6/2023).KOMPAS.com/NIRMALA MAULANA ACHMAD Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) M Herindra saat ditemui usai rapat dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (7/6/2023).

Pasalnya, kata Herindra, pagu yang diterima Kemhan dinilai masih terlampau jauh dari anggaran yang diajukan.

Sementara itu, Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid mengusulkan pembahasan anggaran Kemenhan dan TNI dilakukan secara tertutup.

"Kami usulkan dari meja pimpinan kalau rapat anggaran dengan Kemenhan sifatnya tertutup," katanya di Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu.

Baca juga: Usulan Revisi UU TNI, Pengamat: Berpotensi Ganggu Relasi Kemenhan-TNI dan Tumpang Tindih dengan Polri

Raker tersebut membahas realisasi dan evaluasi pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) TA 2022, Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), serta Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Kemhan RI dan TNI TA 2024.

Meutya menyampaikan, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto berhalangan hadir dalam rapat kerja tersebut karena memiliki agenda khusus sehingga Wamenhan yang mewakili.

Selain itu, kata dia, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono berhalangan hadir karena mempersiapkan menjadi tuan rumah dan menjamu pertemuan Asean Chief of Defence Forces Meeting (ACDFM) Ke-20 di Bali pada 6-8 Juni.

"Panglima menyampaikan permohonan maaf tidak dapat menghadiri. Panglima diwakili Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Bambang Ismawan,” ujarnya.

Meutya mengatakan, Panglima TNI juga secara informal menyampaikan langsung tidak bisa menghadiri rapat anggaran pagu TA 2024.

Baca juga: Soal Sistem Proporsional Tertutup, Komisi II DPR: MK Harus Keluar dari Pusaran Politik yang Membabi Buta

“Jadi tidak hanya surat formal permintaan maaf kepada pimpinan maupun seluruh anggota Komisi I," ujarnya.

Meutya menambahkan, Kepala Staf TNI AU (Kasau) TNI Fadjar Prasetyo berhalangan hadir dalam rapat kerja bersama Komisi I DPR karena tengah mengikuti giat di Jepang. Kasau diwakili Wakil Kepala Staf TNI AU (Wakasau) Agustinus Gustaf Brugman.

Raker tersebut dihadiri Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Dudung Abdurachman dan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Muhammad Ali.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Nasional
Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Nasional
Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Nasional
Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com