JAKARTA, KOMPAS.com - Analis komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo menilai, bakal calon presiden (capres) dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo dan bakal calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan belum bisa lepas dari polarisasi politik.
Ini terbukti dari aksi saling sindir keduanya di panggung politik jelang gelaran Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.
“Menurut saya strategi Pak Ganjar dan Pak Anies itu memanfaatkan polarisasi politik yang sudah ada dari Pemilu tahun 2014, Pilkada 2017, dan 2019, termasuk sampai sekarang,” kata Kunto kepada Kompas.com, Senin (5/6/2023).
Baca juga: Survei Indikator: Simulasi Head to Head, Prabowo Unggul atas Ganjar dan Anies
Menurut Kunto, Anies sadar bahwa pendukungnya mayoritas datang dari kalangan anti PDI-P. Inilah yang hendak dimanfaatkan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta itu untuk menggaet lebih banyak massa.
Sebaliknya, Ganjar juga paham betul bahwa pemilihnya berseberangan dengan kubu Anies, sehingga dia ingin menegaskan posisinya sebagai lawan politik.
“Dengan adanya saling sindir, seakan-akan memberikan amunisi buat pendukungnya bahwa ini loh lawan kita ini,” ujar Kunto.
Lain dengan Ganjar dan Anies, bakal capres dari Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai bermain di “garis tengah”. Sebabnya, Prabowo tak terlihat menunjukkan persaingan yang berlebihan dengan dua lawan politiknya.
Baca juga: Keriuhan Panggung Pilpres 2024: Ganjar-Anies Saling Sindir, Prabowo Berdiri di Garis Tengah
Kunto menduga, strategi politik ini sengaja dimainkan Prabowo karena ia hendak menyasar para pemilih muda atau pemula. Umumnya, kelompok tersebut cenderung skeptis terhadap politik, atau bahkan apolitis.
Kelompok ini juga kebanyakan tak senang dengan perdebatan dan keributan elite politik.
Oleh karena ingin mendapat perhatian kelompok tersebut, kata Kunto, Prabowo berupaya melakukan pendekatan yang lebih lunak dengan tak banyak terlibat dalam perdebatan politik dan aksi saling sindir.
“Pak Prabowo sadar bahwa komposisi demografi pemilih sudah berubah. Jadi pemilih terbesar di 2024 nanti adalah mereka yang masih muda generasi Y dan generasi Z dan mereka kebanyakan sudah enek sama politik yang ada, mereka butuh politik yang dengan cara baru, tidak bentuk polarisasi seperti generasi sebelumnya,” katanya.
Jika berhasil merebut perhatian para pemilih muda, lanjut Kunto, terbuka peluang buat Prabowo menang mengingat jumlah pemilih muda pada Pemilu 2024 sangat besar.
“Menurut saya Pak Prabowo diuntungkan dengan mengambil posisi di tengah ini,” tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, Ganjar dan Anies mulai terang-terangan saling lempar sindiran. Anies pernah menyinggung sosok yang gemar lari pagi.
Katanya, jika kontestasi Pilpres 2024 ditentukan lewat lomba lari, maka dia bakal kalah. Namun, karena pemilu merupakan ajang adu gagasan, dia mengaku siap untuk berkompetisi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.