Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Ungkap Skala Demokrasi Indonesia Terus Menurun

Kompas.com - 26/05/2023, 11:37 WIB
Aryo Putranto Saptohutomo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Prof Saiful Mujani, menyatakan skala demokrasi Indonesia terus mengalami penurunan sejak 2004 atau setelah dimulainya pemilihan presiden-wakil presiden secara langsung.

Saiful mengutip data tentang penurunan skala demokrasi Indonesia itu dari V-Dem (Varieties Democracy). V-Dem adalah lembaga akademik yang di dalamnya terdapat para ahli demokrasi di seluruh dunia.

Dalam paparannya yang disiarkan melalui kanal YouTube SMRC, Kamis (25/5/2023), Saiful menyampaikan skala demokrasi Indonesia pada 2022 tercatat berada pada angka 0,42 dalam skala 0-1.

Baca juga: Sisyphus dan Reformasi: 25 Tahun Memperjuangkan Demokrasi

"Perolehan ini mundur dibanding dengan 2004 yang mencapai 0,53. Diukur sejak penerapan sistem pemilihan presiden secara langsung 2004, kondisi demokrasi Indonesia mengalami kemunduran berdasarkan data V-Dem," kata Saiful dalam paparannya yang dikutip pada Jumat (26/5/2023).

Menurut Saiful, di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) skor demokrasi Indonesia menurun sekitar 0,10 poin, dari yang semula mencapai 0,52 di periode awal pemerintahan Jokowi pada 2014-2019, menjadi 0,42 pada 2022.

Saiful mengatakan, Indonesia sudah 25 tahun mengalami proses demokratisasi terhitung sejak Presiden Soeharto memutuskan berhenti dalam pada 21 Mei 1998 dalam gelombang Reformasi.

Baca juga: Pesan JK Ke Anies: Rebut Kekuasaan Lewat Demokrasi untuk Kemajuan


Kemudian Indonesia mulai menerapkan pemilihan presiden secara langsung sejak 2004. Akan tetapi, Saiful menyampaikan dengan merujuk kepada data V-Dem sejak diberlakukan pemilihan presiden secara langsung, kondisi demokrasi Indonesia tidak pernah benar-benar mencapai skala 0,6.

Saiful mengatakan, jika faktor yang menyebabkan penurunan demokrasi itu dibedah, maka terungkap yang menjadi pemicu adalah persoalan melemahnya kekuatan oposisi melalui legislatif untuk melakukan proses saling mengontrol dan menjaga keseimbangan (checks and balances), dan kesetaraan di hadapan hukum (equality before the law).

Saiful mengatakan, memang pemerintah tentu berkeinginan pelaksanaan pembangunan berjalan stabil dan tanpa gangguan. Namun, dalam proses demokrasi menghendaki adanya opisisi yang bisa mengawasi pemerintah.

Baca juga: Jokowi: Kita Ingin Merawat Demokrasi di Akar Rumput, Bukan di Elite

“Tidak bisa hanya karena memiliki niat baik, pemerintah menghilangkan hak publik untuk melakukan kontrol dan pengawasan. Kekuasaan harus dikontrol dan diawasi,” ujar Saiful.

Saiful menambahkan bahwa skor-skor demokrasi V-Dem ini dibuat oleh panel ahli yang dianggap mengerti tentang politik di sebuah negara, bukan persepsi opini publik seperti dalam survei-survei opini publik.

Data tentang skor demokrasi di Indonesia, kata dia, dibuat berdasarkan skor yang diberikan tim panel ahli yang dianggap mengerti persoalan demokrasi di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com