Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manuver Gibran ke Prabowo Dinilai Atas Restu Jokowi, Pengamat: "Nabok Nyilih Tangan"

Kompas.com - 23/05/2023, 12:58 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam berpandangan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin memberikan pukulan politik pada bakal calon presiden (capres) PDI-P Ganjar Pranowo pasca gagalnya pelaksanaan Piala Dunia U-20 di Indonesia.

Pukulan politik itu, menurut Umam, ditunjukkan melalui manuver Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka bertemu dengan capres Partai Gerindra Prabowo Subianto, Jumat pekan lalu.

Seperti diketahui, beragam penolakan terjadi terhadap tim nasional sepakbola Israel untuk bertanding dalam Piala Dunia di Indonesia, yang mana penolakan itu salah satunya datang dari Ganjar.

"Bisa saja, pasca Presiden Jokowi dipermalukan oleh insiden penggagalan World Cup U-20, Jokowi ingin 'nabok nyilih tangan' (tabok pinjam tangan orang lain), yakni memberi pukulan politik pada Ganjar dan kekuatan di belakanganya melalui manuver politik Gibran," kata Umam kepada Kompas.com, Selasa (23/5/2023).

Baca juga: Gibran Sebut Prabowo Tahu soal Dirinya Dipanggil DPP PDI-P: Reaksinya Wow Kaget

Oleh sebab itu, Umam menilai manuver politik Gibran menerima Prabowo telah dikonsultasikan dan atas restu Jokowi.

Menurut Umam, hal ini kemudian membuat PDI-P sebagai partai politik Gibran dan Jokowi bereaksi cepat. Alhasil, pemanggilan terhadap Gibran pun dilangsungkan di tingkat pusat.

PDI-P, jelas dia, mencium Gibran dan Jokowi telah melampaui batas kebijakan partai dan condong mendukung tokoh capres di luar partai.

Apalagi menghadirkan relawan dalam pertemuan dua tokoh beda partai politik itu.

"Mengingat sangat sensitifnya manuver relawan itu, maka dukungan politik relawan Gibran dan relawan Jokowi di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk mensupport pencapresan Prabowo Subianto, besar kemungkinan atas sepengetahuan Gibran itu sendiri," ucap Umam.

Baca juga: Bantah Manuver Politik, Gibran: Saya Cuma Anak Kecil, Jangan pada Panik Gitu Loh

Di sisi lain, Umam melihat bahwa telah terjadi pembelahan sel-sel jaringan relawan Jokowi, di mana satu sisi mendukung Ganjar dan sisi lainnya pada Prabowo.

Hal itu, lanjut Umam, dipertegas oleh hasil penutupan Musyawarah Rakyat (Musra) relawan yang nyatanya memenangkan Prabowo di posisi pertama dengan agregat kemenangan 20 persen, sedangkan Ganjar 19 persen.

"Pembelahan jaringan relawan Jokowi itu menunjukkan Jokowi sedang gamang dalam menentukan sikap politiknya. Di satu sisi ingin mendukung Ganjar namun saat ini Ganjar betul-betul di bawah kontrol PDI-P yang tidak bisa langsung ia kendalikan," ujar Umam.

"Di sisi lain, arus besar partai-partai politik di sekitar Presiden menghendaki pencapresan Prabowo, namun Jokowi sendiri merasa tidak siap berhadap-hadapan dengan Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri, yang berjasa mengusungnya di Pilpres 2014 dan 2019," pungkas dia.

Baca juga: Saat Gibran Disentil agar Waspada dan Pastikan Tegak Lurus pada Megawati...

Perlu diketahui, pertemuan Gibran dan Prabowo terjadi di Angkringan Omah Semar, Kelurahan Jajar, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng), pada Jumat malam.

Prabowo mengaku pertemuan ini diinisiasi olehnya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Nasional
Wapres Sebut Target Penurunan 'Stunting' Akan Dievaluasi

Wapres Sebut Target Penurunan "Stunting" Akan Dievaluasi

Nasional
Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com