KETIKA ditanya media soal peluang Sandiaga Uno menjadi calon wakil presiden pendamping Ganjar Pranowo dalam Pilpres 2024, dengan wajah semringah, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menyebut, ada 10 orang lebih sosok yang tengah dipertimbangkan.
Sambil menunggu tahapan agenda pemilu yang akan ditentukan KPU pada 19-25 November 2023, PDIP juga masih menunggu putusan Rapim PPP soal dukungannya mengusung Ganjar.
Kini saatnya melakukan perenungan (kontemplasi), kata Megawati. Layaknya hendak mencari "wangsit politik".
Sejak mencalonkan Ganjar, baik PDIP maupun Megawati terlihat semakin percaya diri, serasa di atas awan. Apalagi dengan antrean calon peminang posisi cawapresnya yang makin panjang.
Bagi koalisi tandingan, atau calon koalisi baru, situasi ini akan menjadi semakin menantang. Paling tidak hingga saat ini peluang penantangnya bisa saja datang dari Golkar (Airlangga Hartarto), Nasdem (Anies Baswedan), Gerindra (Prabowo Subianto) serta Demokrat (AHY) yang masih mencari-cari dukungan dalam bursa Pilpres 2024.
Prediksi pengamat politik sebelumnya, pasangan pemenang kompetisi elektoral Pilgub DKI Jakarta 2017, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno berpotensi diduetkan kembali pada Pemilu 2024.
Siapapun pemenang Pilgub DKI Jakarta dianggap representasi dari kemenangan elektoral dalam Indonesia mini, dan layak dipertimbangkan sebagai elite politik penentu kebijakan di Indonesia.
Bahkan, dalam berbagai survei, nama keduanya selalu berada pada tiga besar kandidat paling potensial, seperti hasil survei Voxpol Center Research and Consulting .
Sandiaga Uno dianggap memiliki pengalaman dan prestasi moncer sebagai representasi pemimpin muda masa depan.
Namun potensi itu bisa buyar dengan keputusan hengkangnya Sandiaga Uno dari Gerindra ke PPP.
Terkait langkah politik Sandiaga yang didorong berpasangan dengan Ganjar, tentu akan sangat menarik. Selain sebuah kejutan, tapi juga spekulasi politik yang besar.
Peluang itu muncul setelah Sandiaga sebagai Wakil Ketua Partai Gerindra memutuskan keluar dari Gerindra. Alasannya sangat logis karena Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto memutuskan maju mencalonkan diri sebagai capres.
Hal itu menyebabkan keinginan Sandiaga untuk maju sebagai cawapres menjadi tertutup.
Maka satu-satunya jalan adalah mencari kendaraan baru, sehingga peluang ia dicalonkan sebagai cawapres bisa terbuka kembali.
Dan partai barunya mesti yang memiliki bargaining power. Minimal dari latar belakang konstituen, ideologi, serta relasi politiknya yang sudah terbangun dengan beberapa kekuatan partai besar lain sebelumnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.