JAKARTA, KOMPAS.com - Keinginan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto supaya kelompok yang menjadi pemenang dalam pemilihan umum (Pemilu) 2024 tidak berprinsip "winner takes it all" dinilai sebagai sinyal supaya mereka dirangkul dalam pemerintahan buat mempertahankan stabilitas nasional.
Pernyataan itu disampaikan Airlangga usai bertemu dengan petinggi Partai Demokrat di Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (29/4/2023) pekan lalu.
"Secara personal, pernyataan Airlangga ini kode keras bahwa siapapun yang kelak menang pilpres mesti tetap melibatkan Golkar, agar stabilitas pemerintahan terjaga sebagaimana pakem selama ini yang diperankan oleh partai berlambang beringin," kata Direktur Eksekutif Trias Politika Agung Baskoro saat dihubungi Kompas.com, Senin (1/5/2023).
Sejak didirikan pada 20 Oktober 1964, Partai Golkar tidak pernah berada dalam posisi di luar pemerintahan. Selain itu, partai berlambang pohon beringin itu adalah partai besar dan mempunyai struktur yang lengkap hingga pedesaan.
Baca juga: Bertemu di Rumah SBY, Demokrat-Golkar Bahas Kemunduran Demokrasi
Maka dari itu Agung menilai pernyataan Airlangga sebagai sinyal supaya Partai Golkar tetap ingin berada di dalam pemerintahan, terlepas apakah mereka menjadi bagian dari kelompok yang menang atau kalah.
Di sisi lain, Agung menilai pernyataan Airlangga juga sebagai bentuk manuver supaya sosoknya diperhitungkan dalam bursa bakal calon wakil presiden (Cawapres) 2024.
Karena elektabilitas Airlangga saat ini belum memungkinkan untuk bersaing dengan tokoh-tokoh politik seperti Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Rasyid Baswedan di dalam bursa bakal calon presiden 2024.
Di sisi lain, elektabilitas Ridwan Kamil yang belum lama ini bergabung dengan Partai Golkar berada di atas Airlangga, dan namanya diperhitungkan dalam bursa calon wakil presiden.
Agung mengatakan, secara elektoral Golkar memang harus terus bermanuver menimbang poros-poros koalisi pilpres yang terbentuk selama ini berdasarkan figur capres.
Baca juga: BERITA FOTO: Bertemu di Cikeas, AHY-Airlangga Kenang Kebersamaan Demokrat-Golkar Era SBY
"Setidaknya dengan manuver politik yang atraktif, kans Airlangga untuk menjadi cawapres tetap terbuka walaupun kemungkinannya sementara ini kecil karena terkait elektablitas Airlangga yang minim. Apalagi di sisi yang lain, masing-masing poros sudah juga memiliki nama-nama cawapres potensial," ucap Agung.
Sebelumnya diberitakan, Airlangga berharap para pemenang Pemilu dan Pilpres 2024 tidak meniru prinsip demokrasi seperti di Amerika Serikat, di mana ketika partai yang unggul dalam Pemilu dan Pilpres menguasai semuanya dan tidak memberikan ruang bagi partai politik pesaingnya.
"Partai Golkar dan Partai Demokrat sepakat bahwa pemilu itu bukan 'the winner takes it all'. Artinya, kita ini kan Indonesia raya, kita bukan seperti Amerika, demokrasi yang kebarat-baratan itu demokrasi yang the winner takes it all," kata Airlangga.
Airlangga mengibaratkan membangun Indonesia seperti tim nasional sebuah cabang olahraga yang membela nama Indonesia.
Ia mengatakan, pemain-pemain yang masuk tim nasional pun biasanya tidak hanya berasal dari tim yang menjuarai kejuaraan di dalam negeri.
Baca juga: AHY-Airlangga Kenang Kebersamaan Demokrat-Golkar pada Era SBY
Dalam konteks politik, Airlangga menilai sistem tersebut bakal menciptakan pelaksanaan pemilu yang membahagiakan, bukan yang memecah belah bangsa.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.