SUATU ketika Abunawas berharap bisa menyunting gadis cantik, rajin beribadah, tidak sombong, serta cerdas. Doa yang dipanjatkan Abunawas dengan menyebut semua kriteria yahud serta ciamik tersebut ternyata tidak digubris sama sekali oleh Allah SWT.
Begitu rapalan doanya tidak mendapat sambutan, Abunawas berganti strategi yakni dengan tidak menyebutkan spesifikasi perempuan idamannya. Abunawas hanya berdoa secara “generik”, yakni minta dipertemukan dengan gadis yang baik hati.
Ribuan doa seperti ini juga diacuhkan oleh Allah pemilik semesta alam. Tidak kalah akal, dengan “sat-set” Abunawas bersalin strategi untuk meluluhkan Yang Maha Kuasa.
Kali ini Abunawas memohon agar ibundanya yang sudah tua renta dan telah berjasa besar kiranya bisa mendapat menantu yang cantik, rajin beribadah, tidak sombong dan cerdas. Entah kenapa, kali ini permintaan Abunawas dikabulkan Sang Khalik.
Baca juga: Ganjalan Besar Wacana Duet Ganjar dan Prabowo di Pilpres 2024...
Mencermati kegigihan Abunawas dalam mendapatkan jodoh, saya jadi teringat dengan lagak, manuver, serta kecerdikan akal bulus partai-partai politik jelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. Ego setiap partai demikian tingginya karena menganggap “jagoan” yang diajukan punya kriteria yang diidamkan rakyat. Entah rakyat yang mana yang diklaim.
Walau belum pernah sekalipun menjabat di jajaran pemerintahan, belum berpengalaman di parlemen, bahkan tidak pernah menjadi ketua rukun tetangga (RT) atau rukun warga (RW) sekalipun, nekad diajukan sebagai calon pemimpin negeri oleh partainya. Sepertinya kita dipaksa menerima calon pemimpin negeri yang warganya mendamba minuman kopi instan sasetan.
Orang yang pernah menjadi menteri juga jemawa, merasa berhak menjadi calon presiden (capres) sekalipun jabatann ketua umum partai digamitnya tetapi elektoralnya terus meragukan.
Demikian pula dengan zise partai yang “imut” karena raihan suaranya minim di pemilu-pemilu sebelumnya, tetapi merasa berhak mendikte siapa saja yang berhak mengajukan cawapres (calon wakil presiden). Raihan suara minimal tetapi mahar politiknya maksimal.
Ikatan partai yang terikat dalam koalisi, walaupun semula diikhtiarkan akan permanen tetapi pada kenyataannya akan mudah goyah, mirip rumah bedeng di lokasi proyek. Ambisi masing-masing partai hanya mengejar posisi kekuasaan tanpa berpikir mengokohkan jaminan untuk menang di pileg (pemilu legislatif) apalagi di pilpres (pemilu presiden).
Ketika posisi tawarnya tidak digubris calon mitra koalisinya, dia jajakan diri ke calon partner yang lain. Mirip dengan gadis centil, lemah gemulai ke sana kemari mendekati banyak pria hidung belang. Begitu tawarannya mentok alias tidak laku, diajak berkoalisi tanpa syarat pun akhirnya menyerah.
Sementara di lain pihak, penawarannya begitu tinggi tanpa bisa ditawar apalagi didiskon. Selalu menjajakan diri sebagai kecap nomor satu sementara merek tersebut mulai tidak laku di pasaran karena kemasannya “jadul”.
Harusnya cara Abunawas bisa dijadikan pelajaran partai-partai dalam memainkan posisi tawar dalam berkoalisi.
Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang usai digelar Rabu (26/04/2023) di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah menetapkan dukungannya kepada capres yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Ganjar Pranowo.
Langkah PPP itu menyusul Hanura yang juga telah mengikhtiarkan untuk memenangkan Gubernur Jawa Tengah itu di Pilpres 2024. PPP merasa jalinan kerjasama yang telah dibangunnya selama ini bersama PDI-P ternyata menuai manfaat untuk amar ma’ruh nahi munkar, yakni menegakkan kebenaran dan menjauhi yang salah.
Baca juga: Setelah PPP Dukung Ganjar, Golkar Dinilai Harus Gerak Cepat Tawarkan RK Cawapres
Kesamaan sejarah sebagai sama-sama partai yang ditindas Soeharto dan Orde Baru, pernah berkolaborasi dalam era kepemimpinan Megawati Soekarnoputeri – Hamzah Haz. PPP juga telah mendukung penuh pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) selama dua periode serta dalam tataran yang lebih khusus, bahu-membahu dalam Pilgub Jawa Tengah 2018 antara duet Ganjar Pranowo dengan putra KH Maimoen Zubair yang juga kader PPP, Taj Yasin.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.