JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengimbau masyarakat agar tidak perlu ikut-ikutan membeli oralit untuk sahur.
Hal ini menanggapi banyaknya masyarakat yang membeli oralit untuk diminum saat sahur karena dianggap dapat mencegah dehidrasi.
Baca juga: Apa Efek Samping Minum Oralit?
Apalagi berdasarkan kajian kesehatan, puasa tidak membuat dehidrasi kecuali orang tersebut memiliki kondisi penyakit tertentu.
"Tidak perlu panic buying karena kita tahu puasa salah satu manfaatnya adalah detoksifikasi. Dan hari berbagai kajian kesehatan, puasa memberikan manfaat bagi tubuh kita," kata Nadia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (24/3/2023).
Nadia menyampaikan, sejatinya oralit tidak dibutuhkan jika orang tersebut tidak mengalami dehidrasi atau membutuhkan oralit.
Oralit kata Nadia, merupakan cairan yamg diberikan saat seseorang mengalami gangguan kekurangan ciaran ataupun elektrolit. Sebaliknya, panic buying justru membuat oralit sulit ditemukan bagi mereka yang membutuhkan.
"Tentunya pada orang yang tidak dehidrasi atau kekurangan cairan elektrolit, ini tidak dibutuhkan sehingga tidak bermanfaat. Kita sudah ketahui manfaat puasa serta komposisi makanan dan minuman saat kita berbuka atau saat sahur," ucap Nadia.
Baca juga: Hanya Bawa KTP, Warga Bisa Periksa Kesehatan Gratis di Klinik Ini Selama Ramadhan
Sementara itu sebelumnya, ahli penyakit dalam dan Chairman Junior Doctor Network (JDN) Indonesia, dr Andi Khomeini Takdir mengatakan, konsumsi oralit berguna untuk mengganti elektrolit yang hilang.
Namun manusia sebenarnya bisa mendapatkan sumber elektrolit lain dan bukan hanya dari oralit. Misalnya, dengan mengonsumsi buah dan sayuran saat sahur sebelum mulai berpuasa.
Dia menambahkan, rasa haus umumnya tidak terjadi karena tubuh kekurangan elektrolit. Oleh karena itu, tugas utama oralit sebetulnya bukan untuk membantu menahan haus.
Baca juga: Tahun Ini, Kemenkes Akan Beri Beasiswa kepada 2.500 Dokter
Bahkan, menurut dia, orang yang tidak kekurangan elektrolit tetapi disuplai dalam jumlah besar, bisa merugikan kesehatan.
"Apabila kelebihan elektrolit terus dibiarkan, maka hal ini memperberat kerja ginjal untuk menyaringnya dan memicu sakit ginjal," ujar Andi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.