JAKARTA, KOMPAS.com - Penderita diabetes yang sudah terinfeksi tuberkulosis memiliki kemungkinan 3 kali lebih besar memiliki penyakit tuberkulosis. Potensi ini jauh lebih besar dibanding dengan orang yang sudah terinfeksi namun tidak memiliki penyakit komorbid.
Dokter spesialis paru dan Pokja Infeksi Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), Tutik Kusmiati mengatakan, orang tanpa komorbid atau orang dengan kondisi tubuh normal, hanya memiliki 5-10 persen menderita tuberkulosis setelah terinfeksi.
"Berbeda halnya dengan mereka yang diabetes, kemungkinannya jauh lebih besar dibandingkan mereka yang tidak ada komorbid. Untuk diabet, 3 kali lebih besar risikonya untuk mereka yang sudah terinfeksi menjadi sakit TB," kata Tutik dalam diskusi media secara daring, Jumat (24/3/2023).
Baca juga: Ketahui Manfaat Ibadah Puasa untuk Penderita Diabetes menurut Ahli
Namun, risiko terbesar ada pada penderita HIV yang tidak dalam pengobatan. Menurut Tutik, penderita HIV ini memiliki risiko hingga 7-10 persen per tahun menjadi penderita tuberkulosis setelah terinfeksi bakteri tersebut.
"Jadi sekitar 7-10 persen per tahun risiko pasien HIV ini yang sudah terinfeksi akan menjadi sakit TB," ucap Tutik.
Adapun saat ini, Indonesia menjadi satu dari delapan negara dengan penyumbang TB terbesar di dunia.
Berdasarkan data Global Tuberculosis Report tahun 2022, Indonesia berada pada peringkat kedua setelah India dengan presentase 9,2 persen. Sedangkan India menduduki peringkat pertama sebesar 28 persen.
Di bawah Indonesia, ada China dengan persentase 7,4 persen, Filipina 7 persen, Pakistan 5,8 persen, Nigeria 4,4 persen, Bangladesh 3,6 persen, dan Kongo 2,8 persen.
"Tidak hanya TB yang biasa. TB HIV maupun TB MDR Indonesia juga menduduki cukup besar kontribusinya untuk insiden kasus-kasus ini," tutur Tutik.
Baca juga: 8 Perubahan Gaya Hidup untuk Kontrol Gula Darah bagi Penderita Diabetes
Adapun pada tahun 2035, Indonesia menargetkan mampu menurunkan penyakit ini sampai 90 persen. Caranya dengan mengobati pasien TB aktif dan TB laten.
Penderita TB laten tidak memiliki gejala sehingga seperti orang sehat. Lalu, foto toraks normal, hasil pemeriksaan mikrobiologi negatif, namun uji IGRA atau tuberculinnya positif. Penderita TB laten tidak dapat menular, namun perlu terapi pencegahan pada kondisi tertentu agar tidak menjadi TB aktif.
"Dengan TB laten dan TB aktif kita obati bersama, cita-cita kita untuk mengakhiri TB menurun 90 persen tahun 2035 insya Allah akan tercapai," jelas Tutik.
Sebagai informasi, TBC adalah penyakit infeksi yang menular disebabkan oleh mikro bakteri tuberkulosis melalui droplet yang ukurannya sangat kecil. Hal ini membuat bakterinya bisa mencapai paru-paru bagian bawah (kantong udara atau alveoli).
Pasien tuberkulosis positif bisa menginfeksi 10-15 orang di sekitarnya. Di antara mereka, 5-10 persen akan berkembang menjadi sakit TB yang aktif. Kemudian, 90-95 persen akan berkembang menjadi TB laten.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.