JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebutkan bahwa negara peserta Sub-Regional Meeting (SRM) sepakat memperkuat kerja sama penanggulangan terorisme dan kejahatan lintas negara.
Hal itu disampaikan Mahfud saat menutup pertemuan SRM di Melbourne, Australia, pada Kamis (16/3/2023) waktu Melbourne.
Pertemuan itu dipimpin oleh Indonesia yang diwakili Mahfud, dan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keamanan Siber Australia Clare O'Neil.
“Negara-negara SRM bersepakat untuk memperkuat kerja sama penanggulangan terorisme dan kejahatan lintas negara. Kerja sama ini termasuk dengan menggunakan mekanisme ASEAN dialog partner,” kata Mahfud dalam siaran pers Kemenko Polhukam, Kamis.
Baca juga: Indonesia-Australia Sepakat Perangi Misinformasi-Disinformasi, Mahfud: Penting Jelang Pemilu
Adapun negara-negara peserta SRM antara lain Indonesia, Australia, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Selandia Baru, Singapura, dan Thailand.
Negara-negara peserta SRM, salah satunya Filipina, mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dan Australia dalam mendorong kerja sama menanggulangi terorisme dan kejahatan lintas negara.
"Karena forum SRM ini memberi kesempatan negara di kawasan berdialog langsung, berbagi informasi dan pengalaman menangani terorisme dan ekstremisme berbasis kekerasan,” ujar delegasi dari Filipina.
Diberitakan sebelumnya, dalam rangkaian acara yang sama, Mahfud mengatakan bahwa terorisme masih menjadi ancaman laten, khususnya di Asia Tenggara.
Hal itu ia sampaikan dalam pertemuan “The 9th Australia-Indonesia Ministerial Council Meeting (MCM)” di Melbourne, pada Selasa (14/3/2023).
“Di kawasan Asia Tenggara, terorisme dan radikalisme masih akan menjadi ancaman serius. Berbagai kelompok teror afiliasi ISIS dan Al-Qaeda yang tetap berpotensi mengganggu stabilitas kawasan,” ujar Mahfud dalam siaran pers Kemenko Polhukam, Selasa.
Baca juga: Indonesia Ajak Australia Tingkatkan Komitmen Jaga Keamanan Maritim
Ia menyatakan, proses radikalisasi melalui media sosial atau internet perlu diberikan perhatian yang lebih besar.
“Mengingat sebagian besar serangan teror yang dilakukan oleh pelaku tunggal atau lone wolf. Sebagian besar pelakunya menjadi korban dari proses radikalisasi melalui media sosial atau internet,” kata Mahfud.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.